Perhatian : Hanya 1 trackback disini (Kang Adhi, apa kabar Kang ?) Saya tidak menyebar trackback kemana-mana, nanti dimasukkan ke spam (prasangka buruk) ๐
Ketika saya menuliskan tulisan ini, di id.wordpress ada kalimat seperti ini :
1,019,835 blog di WordPress.com.
Daftarkan blog lain ยป
Kang Pitoyo Adhi pernah menuliskan sebuah tulisan bernas dengan latar belakang Postmodernisme dan mengkaitkannya dengan sebuah “fenomena” di WordPress yang bernama Wadehel. Judul tulisannya adalah Jangan Jadi Antek2 Wadehel. Sebuah tulisan yang bermakna penyadaran bagi diri saya sehingga saya menuliskannya dengan versi yang lain yang berjudul Death of The Blogger. Salam buat Kang Adhi yang kini tidak kelihatan lagi di blogsphere. Apa kabar Kang ? ๐
Beberapa hari yang lalu saya menerima kabar “kematian” salah satu fenomena di wordpress yaitu Wadehel. Tidak begitu terkejut, tetapi tidak yakin. Apa pasal ketidakyakinan saya ? Karena sebuah ide tidak begitu saja bisa dimatikan dengan mematikan person dibelakang ide itu.
Ide (dan makna intrinsik dan ekstrinsik di dalamnya) adalah sesuatu yang abadi. Dia tidak dibatasi medium penyampaian. Dia melanglang buana melampaui dunia manusia dan menjadikan dirinya sendiri merasuk ke dalam batin mereka yang pernah bersinggungan dengannya. Ide adalah ide, dan mengutip istilah Plato, dia berada di dunianya sendiri. Dunia ide yang menguasai manusia, menurut saya.
Ketidakyakinan kedua adalah, seseorang (person behind the idea) tidak dapat dengan sangat mudah untuk mengubah ide-idenya apalagi “mematikan” ide-idenya sendiri dalam dirinya. Ide seseorang boleh dikatakan hampir sama dengan kepercayaan bagi dirinya. Dan sekali tercetus, seperti kerja otak, maka sangat sulit menghentikannya. Ide yang disampaikan (yang abadi tadi) tidak akan pergi kemana. Dia hanya berubah media penyampaian, dari sesuatu yang kasat mata di “dunia” blog dengan cara-cara lain di “dunia” yang lain juga. Dengan bahasa sederhana serta implikasinya, ide seorang Wadehel, dalam pandangan saya, akan disampaikan (oleh person yang sama) dengan cara yang berbeda di dunia yang berbeda.
**************
Saya pernah menuliskannya di blog ini 2 tulisan yang menyentil hubungan antara seorang Hero dan Blogger. Setiap orang (termasuk juga setiap blogger) adalah seorang Hero setidaknya bagi dirinya sendiri. Hero adalah konsep arkaik yang melekat erat dalam alam ketidaksadaran manusia, dia ada dan mempunyai kebutuhan untuk diadakan karena dalam diri manusia ada kebutuhan untuk memiliki seorang Hero (atau Superhero).
Tetapi, bukan hero-hero yang banyak bertebaran di dunia ini, yang menentukan seperti apa kita. Bukan pula seorang Wadehel, bukan juga seorang Yesus, Muhammad, Harry Potter, Spongebob, SBY, Spiderman, atau siapa saja yang dianggap sebagai Hero. Pada dasarnya setiap individu yang akan menentukan siapa dirinya. Hero itu melekat dengan diri kita. Hero itu ada dalam diri kita. Dan kita (bloggers) yang menentukan hidup kita, bukan Hero-hero di luar sana, karena kita juga adalah Hero.
Kita (hero) juga punya ide. Ide-ide yang berasal darimana saja di dunia ini. Kita ambil dan adopsi, kemudian diolah dengan otak kita, dan disampaikan dalam sebuah media yang bernama blog (wordpress). Adakah ide-ide itu mati ketika telah disampaikan ? Tidak, dia abadi. Justru penulis (atau si penyampai ide itu) ide itu yang justru telah mati, ketika idenya dilepaskan untuk “bermain-main” dalam batin dan benak orang lain yang bersinggungan dengan ide itu.
Ide seseorang yang dituliskan dalam bentuk blog menjadi sebuah teks terbuka yang siap untuk dibantai ramai-ramai oleh orang lain. Pembantaiannya bisa melalui berbagai cara, tetapi ada beberapa cara yang saya sebutkan disini :
Pertama; Ide itu dihujat, dimaki, di-kafir-kan, dan dianggap haram serta merupakan ide terkutuk yang tidak layak diinderai. Ide seperti itu dianggap barang najis. Orang lain yang merasakan bahwa ide itu “menyerang” konsep-konsep mereka akan bereaksi dengan cara itu. Dan bukan hanya ide itu yang dianggap najis, tetapi SIAPA orang dibalik ide itu juga dianggap haram. Itu sudah tampak nyata dalam perdebatan dalam dunia blog. Toleransi terhadap ide orang menjadi kata yang dihindari. Padahal inti dari sebuah perdebatan terhadap ide bukanlah PENERIMAAN tetapi TOLERANSI. Mengutip komentar Mbak Lita di salah satu blog (maaf nggak saya link, mbak) ๐ , intinya adalah tolerance and not acceptance.
Kedua; Ide diaminkan, disembah, dikultuskan, dipuja-puji, dan diterima tanpa pemikiran kritis sama sekali. Permujaan ide ini bukan hanya terbatas pada ide itu saja, tetapi juga pemujaan dan pengkultusan ORANG yang berada di balik ide itu. Yang dipuja pada intinya bukanlah idenya, tetapi SIAPA yang mengatakannya. Bagi mereka yang seperti ini, SIAPA yang mengatakan lebih penting daripada APA yang dikatakan (ide). Bahkan orang yang dibalik layar suatu ide dianggap sebagai Hero yang harus dituruti kata-katanya seperti penyembahan berhala atau pemyembahan terhadap seorang raja jaman dulu.
Tidak heran kemudian perdebatan seputar ide itu kemudian berujung pada perdebatan ad hominem. Menjawab sebuah ide dengan cara menyerang pemberi ide (shoot the messenger, not the message).
Ketiga; Ini cara lain yang bisa kita pikirkan bersama. ๐
Intinya, seorang blogger (sebagai penyampai pesan/ide) bukanlah suatu entitas yang “hidup” ketika idenya dikeluarkan. Dia tidak bisa menjadi pemakna tunggal kebenaran atas ide yang justru disampaikan oleh dirinya. Orang lain juga memiliki makna dan pemaknaan yang berbeda atas ide itu. Penguasa tunggal suatu makna ide tidak ada lagi, penguasa itu telah berada di benak masing-masing orang (blogger).
**************
Wadehel adalah fenomenal. Bukan fenomena secara person atau ide, menurut saya. Tetapi dia femonemal karena memiliki KEBERANIAN mengungkapkan suatu ide dengan CARA yang lain dibandingkan orang-orang (bloggers) lain. Dengan cara yang berbeda (yang kadang tidak terbayangkan oleh saya), dia mampu mengungkapkan idenya tentang sesuatu. Tema-tema tulisannya kebanyakan adalah MEMBONGKAR sesuatu yang dijadikan suatu kemapanan dan kebenaran oleh sebagian orang. Dan banyak orang yang kemudian bereaksi dengan cara Pertama dan Kedua diatas.
Tetapi mengikuti pemikiran Derrida, segala sesuatu bisa di-dekonstruksi. Pemikiran dan ide seorang Wadehel dapat dijadikan sebuah KEBENARAN baru yang disembah dan tidak boleh diutak-atik lagi oleh sebagian orang. Pemikiran wadehel yang pada dasarnya membongkar kemapanan dan preasumsi mandeg, kemudia di-mandeg-kan kembali dengan cara memapankan pemikiran-pemikirannya. Ide Wadehel dikemas dan dianggap sebagai sebuah kebenaran baru dengan dirinya sebagai “Nabi” yang dikultuskan.
Apakah kita tidak bisa “membongkarnya” ? Bisa. Apa saja bentuk “kebenaran” yang dikultuskan dan steril dari kritik bisa dibongkar, seperti konsep Derrida. Bahkan seorang Derrida-pun bisa di-dekonstruksi; mengambil idenya dan dikembalikan kepada idenya sendiri. Dengan cara ini, kita bisa menjadi PEMBONGKAR sebuah PEMBONGKARAN LAIN. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Yang abadi hanyalah Tuhan (bagi saya yang berkepercayaan). Bagi yang tidak percaya, titik itu akan berujung juga, entah dimana. ๐
Lalu bagaimana dan dimana kita akan berhenti membongkar dan mendekonstruksi sesuatu ? Sederhana saja : Pertanyakan segala sesuatu sampai dia tidak bisa lagi dipertanyakan/didekonstruksikan. Dan perhentian terakhirnya adalah pada Sang Maha Baik, penyebab segala sesuatu.
Sederhana bukan ? ๐
**************
Oleh karena itu, meminjam istilah Kang Adhi (yang entah kemana) ๐ : Jangan Jadi Antek-Antek Wadehel. Kita tidak sedang mengkultuskan seseorang, kita sedang “bermain-main” dengan Ide dari seorang manusia biasa yang mempunyai keberanian berbeda dan cara yang berbeda.
Yang saya khawatirkan dari “kematian” seorang wadehel adalah saya tidak bisa melihat lagi keberanian dan cara berbeda dalam penyampaian sebuah ide. Saya bukanlah orang yang memiliki keberanian dan cara seperti wadehel. Person yang berbeda mempunyai karakter yang berbeda. Setidaknya warna-warni dunia tulis menulis di blog akan sedikit berubah dengan tiadanya satu warna dari keseluruhan sempurna warna yang ada.
Saya lebih senang melihat banyak warna daripada sedikit warna. Dan saya akan bersedih karena kehilangan satu warna saja. Saya rasa anda mengerti maksudnya.
waduh pertamak, saya juga merasa kehilangan warna
Saya setuju dengan Bang Fertob kalau sebenarnya manusia2 ini hanyalah suatu medium karena walaupun medium ke n sudah mati tetapi frekuensi ide tsb sdh terlanjur mencapai media ke n+1
istilahnya itu relatif…
tergantung dari mana dan siapa yang memandangnya…
saya adalah manusia biasa yg sedang berbahagia
utk itu .. khusus hr ini, saya males baca tlisan yg pjg2
demikian
*log out*
krn saya pake cdma-volume based, baca panjang2 gak masalah..[lirik2 luthfi :D]
justru tulisan psiko ini yg saya tunggu atas fenomena w a d e h e l.. ๐
karakter guh hel itu sptnya memang langka..ide2, bahasa, dan sudut pandangnya itu yg mnrt saya luar biasa..
apa bs disebut semacam lateral thinking, critical thinking, atau lebih tepat jenis2 yg mana ya pak..
saya jd bertanya-tanya dlm hati..apa yg ada di dlm benak guh hel saat membaca semua tulisan tentangnya..
Membaca tulisannya mas Fertob di atas…saya jadi terpikir: apakah memang ini arketip kenabian? Seseorang datang membawa pembongkaran, pembaruan, atau penyempurnaan (entah itu Yesus, Muhammad, Buddha, Wadehel), dan setelah mereka mati/minggir/hilang, pengikut2 mulai mengorganisasi diri, kitab2 disusun, aturan2 dibentuk, dan voila… you have a religion. Trus nanti bakal ada orang lain yang ingin melakukan yang sama (Luther dan sejenisnya) and the cycle continues. Dekonstruksi sepertinya hanya bakal jadi pemikiran segelintir orang2 sableng, karena masyarakat kebanyakan lebih butuh pegangan, bukan kebenaran.
banyak blogger datang dan pergi.. misal kang adhi and biho.. walaupun ada banak alasan tetapi mungkin ngeblog udah jadi prioritas kesekian atau memang sudah bosan ngeblog kali
berat dan memaksa saya berpikir – seperti biasa ๐
mencerahkan!
berat dan memaksa saya berpikir – seperti biasanya ๐
mencerahkan!
errr..saya cuma mau tanya : (2/1,019,835)? artinya apa kang?
bukan angka yang ‘keluar’ malem ini kan?
Kalo kata ndoro kakung, wadehel, a blogger turns a legend…
Dan legenda, itu da pernah musnah…
Tapi saya setuju tuh pak, jangan mengkultuskan wadehel atau mengkultuskan wadehelisme. Karena wadehel justru menolak segal macam taqlid buta dan nrimo-isme itu. Keep asking, and thinking to the freedom of mind, and truth…
wih … dalem banget pembahasannya … sip abizzzz …
aku setuju ama mansup, “Keep asking, and thinking to the freedom of mind, and truth…” …
*kok akhir-akhir ini aku sering banget setuju ama mansup … fenomena yg aneh*
Setelah kenyang baca [beberapa] orang berkoar2 tentang Derrida di milis ini, tapi [beberapa] orang yang sama itu selalu menolak secara langsung atau tidak langsung jika “pendapat”nya dibantah (dan menganggap Sang Maha Baik adalah ilusi belaka, alias bukan titik yang tidak bisa didekonstruksi lagi kemapanannya) … akhirnya… gw cuma bisa bilang: GW SENANG ADA YANG NGOMONGIN DERRIDA TAPI MASIH SADAR BAHWA ADA SANG MAHA BAIK YANG TIDAK BISA DIPERTANYAKAN ๐
Fer, kayaknya loe kudu nyemplung ke milis itu dan menyumbangkan pikiran loe deh ๐
@ Roffi :
Sama seperti lagu anak-anak : balonku ada lima, trus meletus yang berwarna hijau ๐ Saya juga merasa ada warna lain yang hilang. Blogger datang dan pergi itu biasa, yang terpenting idenya bisa saja bertahan lama.
@ deking :
Yup benar mas, ide melampaui media (siapa) yang menyampaikannya. Tapi kalau perhitungan matematika, saya malah nggak tau. ๐
@ Nur :
Relatif bisa direlatifkan lagi. ๐ Tapi kalau semuanya relatif, kita tidak mempunyai suatu pegangan. Bagi saya pribadi, relativitas berhenti pada Sang Causa-Prima.
@ Luthfi :
sorry kalau kepanjangan mas Luthfi. Habis nggak bisa nulis pendek-pendek. ๐
@ Pak Dani :
Pak Dani juga mengakui kalau wadehel itu fenomena yang lain daripada yang lain. Saya rasa banyak blogger lain yang juga mempunyai ide yang sama dengan wadehel, tapi berbeda dalam cara penyajiannya.
Kira-kira apa yang dipikirkan wadehel ? hehehehe… saya bukan peramal Pak. Bisa saja dia tertawa terbahak-bahak disana :-))
@ catshade :
Bisa jadi itu semacam lingkaran, bisa jadi itu juga semacam “perlawanan” terhadap kemapanan suatu kebenaran yang steril dri kritik.
Ketika saya belajar filsafat, hal pertama yang terbersit dalam otak saya adalah PERUBAHAN. Bahkan ilmu yang saya pelajari-pun (psikologi) tidak steril dari kritik. Saya juga sering mengkritik psikologi, dan itu berarti saya mengkritik diri saya sendiri. Semuanya itu demi tujuan perubahan.
Saya rasa pegangan bukanlah sesuatu yang salah. Tapi dinamika dari perubahan adalah bahwa setiap orang akhirnya bisa sadar bahwa pegangannya itu juga bisa berubah. Bagi saya yang percaya, pegangan itu akan berhenti di satu titik. Dan disitulah pegangan terakhir saya.
@ joesatch :
hehehehe….padahal saya berusaha menghindari yang berat-berat (badan ini saja udah berat).
Gimana kalau mas Joe yang menggantikan GAYA wadehel ? ๐
@ antobilang :
2/1.019.835 itu artinya Death of The Blogger ini adalah edisi kedua dari 1 juta sekian blogger yang ada di wordpress. Dan itu terus bertambah… ๐ Saya akan menulis death sampai blogger2 itu “mati” semua tapi idenya tetap beterbangan di benak setiap orang.
@ mansup :
Iya mas… pertanyakan segala sesuatu yang dianggap kebenaran bagi sebagian orang.
@ jurig :
ada apa antara teteh jurig dengan mansup ? sepertinya bisa membaca pemikirannya nih… ๐
@ Mbak Maya :
Saya merasa dalam diri orang-orang tertentu yang tidak ingin pendapatnya dibantah masih tersisa sedikit “kesombongan intelektualisme”. Jika dia mendekonstruksikan pemikiran orang lain, maka dia pun bisa didekonstruksikan. Termasuk saya juga. Saya dari dulu telah siap untuk “dibantai” pemikiran-pemikiran saya di blog ini. Dan dengan cara demikian maka saya akan lebih terpacu untuk maju, dan “merendahkan diri”.
Saya sebenarnya pengen gabung di milis itu, tapi (merujuk beberapa milis yg saya ikuti) takut nanti jadi “tempat membuang sampah” (junk) ๐
Blognya yang mati. Wadehel adalah blognya. Yang dimatikan adalah blog yang diberi alamat wadehel.wordpress.com. Kalau Teguhnya sih misih hidip. Kale tar mbikin blog lagi nggak pakae wdh.
[…] Apa yang menarik dari seorang wadehel? Sampai-sampai ada yang berniat melanjutkan perjuangannya?. Beberapa memuja ide-ide yang dianggap brilian dan mencerahkan. Kalau bung fertob mengatakan bukan idenya yang fenomenal, tapi penyampaian ide yang BERANI itulah yang tidak dimiliki blogger lai… […]
betul,,
pelangi tak akan indah kalau hanya satu warna,,
Hufff… *akhirnya selesai baca*
Puanjangnyaaa… ๐
Yup, “pembantaian” ide yang disampaikan secara terbuka ini bisa dilakukan dengan cara elegan, mengajak berfikir dan mencerahkan. Harus siap untuk ada kata setuju atau tidak setuju, dan bijak menyikapi hal itu…
Karena ide bagaimana pun juga adalah sesuatu yang lahir dari pemikiran, bukan hal yang sudah mutlak kebenarannya apalagi kalau sudah dibenturkan dengan realitas keberagaman cara berpikir tiap orang… akan jadi masalah saat ada pemaksaan ide atau justifikasi ide yang patut atau tak patut, kan ya?
Dan ide positif dan berpotensi mendatangkan kebaikan harusnya memang tidak berhenti.
Nice… nice… nyaman bacanya Mas ๐
btw btw… bagaimana pula hubungan avatar dgn bloggernya sendiri? ๐ (dilarang narsis ya Mas — ngulang komen Mas Fertob– )
Postingan bagus… hehehe maklum psikolog… bang ikutan nulis di omaigat ya bang, biar lebih berwarna kayak pelangi… ๐
[…] sebelum saya menjadi pemateri diacara tersebut, saya membaca artikelnya Bang Fertob yang berjudul Death of The Blogger/Hero (2/1,019,835), dan Death Of The Blogger. Termasuk juga membaca blog miliknya seorang almarhum blogger yang […]