Sebuah blog punya banyak kegunaan. Selain sebagai ajang untuk meluaskan pengetahuan dan wawasan, mencari teman dan kenalan, bahkan sebagai ajang untuk diskusi. Itulah yang membuat blog menjadi dinamis.
Apa yang membuat sebuah blog menjadi dinamis ? Jawabannya sederhana : adanya sisi interaktif dari sebuah blog. Itulah yang membedakan blog dengan situs-situs kebanyakan yang bersifat fixed dan tidak bisa saling berinteraksi. Interaksi dalam blog dilakukan dengan cara memberikan komentar pada kolom komentar.
Komentar menjadi sebuah “PEMBEDA” bagi blog. Tapi terkadang komentar menjadi lahan bagi beberapa pihak untuk menjalankan jurus terampuh di dunia persilatanperblogan yaitu :
Memberikan Komentar Ad Hominem
Sebuah komentar yang berbau ad hominem ini sering membuat perdebatan dan diskusi menjadi mandeg dan tak terarah. Bukan saja tak terarah, tetapi juga membuat suasana menjadi panas dan tak terkendali.
Apa Itu Ad Hominem ?
Saya berasumsi semua sudah tahu. ๐ Ad hominem sering juga disebut Argumentum Ad hominem. Dalam bahasa Inggris diartikan sebagai “argument against the man” atau “argument to the person“.
Dari terjemahan itu kita bisa tahu bahwa sebuah komentar yang ber-ad hominem-ria adalah komentar yang secara langsung [ataupun tidak langsung] menyerang orang lain secara personal. Yang menjadi target tembakan bukanlah komentar tetapi menuju pada person lain yang berkomentar. Sasaran tembakan adalah person dan bukan message (shoot the messenger, not the message)
Komentar ad hominem punya banyak bentuk, ada abusive/personam, tu quoque, circumstansial, guilt by association, dan poisoning the well. Mungkin masih ada bentuk yang lain yang saya kurang mengerti. Terkadang pembagian itu sangat mirip satu dengan yang lain.
Tapi intinya sama : Shoot The Messenger.
Mengapa Ad hominem ?
Mengapa orang-orang sangat suka memberikan komentar yang bersifat adhominem ?
Itu pertanyaan yang selalu saya ajukan pada diri saya sendiri. Bagi saya, walaupun saya tidak selalu untuk taat berlogika [dan juga berbahasa], saya sangat menghindari memberikan komentar yang menyerang seseorang secara personal. Efeknya atau akibatnya yang berusaha saya hindari. Kalau saya “kalah” dalam berdiskusi, lebih baik untuk mengakui pendapat orang lain tanpa perlu mengeluarkan jurus ampuh itu. Toh mengakui bukan berarti saya menerimanya, tapi yang jelas saya menghargainya.
Akibat dari suatu komentar ad hominem sangat banyak. Hal ini hampir sama dengan kita mengeluarkan hinaan secara verbal terhadap orang lain.
Saya mempunyai beberapa kecurigaan mengapa sebuah komentar ad hominem akhirnya dikeluarkan. Ini hanya sebuah kecurigaan (atau lebih tepatnya hipotesis) karena saya tidak melakukan penelitian untuk bidang ini (kayak kurang kerjaan saja…) Kecurigaan awal ini hanyalah sebuah analisis amatiran, dan tidak menyinggung siapa-siapa.
Ijinkanlah saya sejenak untuk memiliki kecurigaan meskipun saya tidak paranoid. ๐
Kecurigaan #1 : Tidak Tahu/Terbiasa Dengan Diskusi Yang Terarah
Ini tidak ada hubungannya dengan focused group discussion, leaderless group discussion, atau diskusi-diskusi sejenisnya.
Bagi saya diskusi yang terarah adalah diskusi yang tertuju pada tema yang dibahas. Diskusi yang terarah punya beberapa aturan-aturan misalnya, tema yang ketat, tidak boleh keluar jalur, dan lain sebagainya. Diskusi ini memberikan porsi lebih pada tema [sekali lagi : TEMA]. Diskusi yang terarah juga menghindari perdebatan yang mengarah pada penyerangan pada pihak lain secara personal.
Orang-orang yang kerap kali berkomentar ad hominem, menurut kecurigaan saya, adalah orang-orang yang tidak memahami/terbiasa dengan diskusi yang terarah seperti ini. Bagi mereka, menyerang orang lain disamakan dengan menyerang pendapatnya. Sebuah asumsi yang amat sangat keliru.
Dari diskusi yang terarah kita bisa belajar bahwa menyerang orang lain secara personal TIDAK SAMA dengan menyerang pendapatnya. Itu adalah sebuah formula utama yang harus selalu diingat-ingat ketika kita berdiskusi. Apa Opininya tidak berhubungan dengan Siapa Pemberi Opini.
Dengan semakin sering seseorang berdiskusi yang sehat dan terarah, saya mengasumsikan bahwa dia bisa membedakan antara mana argument dan mana person behind the argument. Dan keduanya berbeda.
Kecurigaan #2 : Tidak Bisa Menempatkan Dirinya Pada Posisi Orang Lain
Apa yang bisa kita ambil dari sebuah diskusi ? Salah satunya adalah berusaha memahami jalan pemikiran seseorang. Dengan memahami saja kita sudah bisa mendapatkan banyak hal.
Bagaimana cara memahaminya ? Salah satunya adalah berusaha untuk menempatkan diri kita pada posisi orang lain. Itu cara yang paling sederhana yang bisa kita gunakan. Cara ini sudah ribuan tahun digunakan oleh para Panglima Perang dan Raja-raja jaman dulu ketika mereka akan berperang.
Bentuknya bisa macam-macam :
Posisikan dirimu dalam posisi musuhmu
Pikirkan apa yang dipikirkan musuhmu
Ketika kamu menghadapi masalah yang sama, apa yang akan kamu lakukan.
Dan masih banyak lagi. Itu adalah cara sederhana bagi kita untuk memahami apa yang dipikirkan orang lain.
Bagi mereka yang suka berargumen ad hominem, empati model ini tidak ada dalam kamusnya. Dirinya merasa kesulitan ketika mencoba memahami pemikiran orang lain : cara orang lain berkomentar, cara orang lain mengambil kesimpulan, cara orang lain menggunakan paham/ideologinya, dan kalau perlu sampai kenali siapa orang yang kita ajak berdiskusi.
Derivat lain dari ketidakmampuan menempatkan diri ini bisa berbagai bentuk :
- Paham Pokoknya
- Paham Kacamata Kuda
- Paham Diri Sendiri Selalu Benar [dan orang lain selalu salah]
- Paham Lain-lain (mohon ditambahkan ya…!!) ๐
Intinya seperti itu, ketika kita bisa dan mampu menempatkan diri kita dalam memahami pemikiran orang lain, maka kita tidak perlu untuk menggunakan jurus terampuh itu.
Kecurigaan #3 : Menyerang Pendapat = Menyerang Ego
Ini juga tidak ada hubungannya dengan id, ego, dan superego Opa Freud. ๐
Intinya begini. Ketika kita berdiskusi, ada orang lain yang memberikan komentar yang menyudutkan argumen yang kita lontarkan. Komentar orang lain itu masih “normal” karena dia hanya menyerang PENDAPAT kita tanpa menyerang PRIBADI kita. Lalu kita bereaksi dengan menggunakan bentuk lain dari mekanisme pertahanan diri yang sangat primitif : menganggap bahwa komentar tersebut sama dengan menyerang diri kita secara personal.
Bagi orang-orang yang gemar dan hobi ber-ad hominem, pendapat pribadinya disamakan dengan pribadinya sendiri. Sehingga ketika ada orang lain menyerang pendapatnya maka hal itu disamakan dengan menyerang pribadinya. Suatu hal yang teramat sangat lucu, menurut saya. ๐
Saya rasa hal itu banyak ditemui dalam berbagai diskusi. Saya pernah mengalaminya beberapa kali dan hanya tertawa ketika kritik saya [yang terkadang naif dan sok] terhadap argumen orang lain disamakan dengan penyerangan secara pribadi. What a funny…
Itulah mekanisme pertahanan diri otomatis yang sering dipunyai oleh orang-orang yang gemar melakukan ad hominem.
Ego yang saya maksud diatas selain diri sendiri bisa diperluas lagi dengan tambahan “IDENTITAS“. Baik itu identitas suku, agama, ras, atau yang lain. Kritik terhadap suatu identitas memang bisa menyebabkan komentar ad hominem beterbangan, karena kita sudah terbiasa untuk melekatkan diri kita dengan identitas-identitas itu.
Saya ambil contoh yang sama dengan contoh di postingan Komentar : 1001 Macam. Sejuta maaf buat mbak Tika kalau dijadikan proyek percontohan lagi (bukan maksud hati membuka luka lama…) ๐
Topik : Haramnya Musik Ituhโฆ
untuk mbak Tika, umur saya nggak jauh di bawah anda, tapi gimana ya
Mungkin lebih baik mbak tika nutup blog ini, karena banyak dijadikan sarana buat menghina ISLAM.
Itulah yang terjadi. Ketika argumen ditarik ke dalam sebentuk identitas maka yang terjadi adalah menganggap diri sendiri sama dengan identitas. Sebenarnya hal itu manusiawi, tetapi menyikapinya yang butuh kedewasaan.
Kecurigaan #4 : Tidak Bisa Membedakan Acceptance dan Tolerance
Apa yang sering terjadi dalam diskusi di blog (Alm) Wadehel bisa menjadi contoh dari kecurigaan ini.
Ketika kita menghargai pendapat orang lain, apakah itu berarti kita menerima pendapatnya ? Belum Tentu. Penghargaan dan penghormatan terhadap argumen orang lain sangat jauh berbeda dengan penerimaan kita terhadap argumen tersebut.
Menghargai (tolerance) pendapat orang lain adalah bentuk lain dari penghargaan terhadap orang lain sebagai manusia yang mempunyai hak untuk bersuara dan berkomentar. Itu saja, dan itu juga adalah hal yang sangat manusiawi. Ketika saya menghargai komentar anda berarti saya menghormati anda sebagai manusia.
Menerima (acceptance) pendapat orang lain adalah bentuk lain dari menerima ide-ide yang terkandung dalam pendapat itu. Itu artinya saya sepemahaman dengan anda, saya sependapat dengan anda, pikiran anda sama dengan pikiran saya, pendapat anda adalah sama dengan pendapat saya.
Berbeda bukan ? ๐
Kalau saya menghargai pendapat orang lain bukan berarti secara otomatis saya menerima ide-ide, cara-cara, ideologi/paham dan segala hal yang ada dalam pendapat orang lain. Ide-ide orang lain bisa saja tidak diterima, tetapi yang terpenting adalah penghargaan terhadap pendapat itu sebagai wujud penghargaan terhadap manusia.
*kayaknya sudah mirip dengan Penataran P4 jaman dulu ya ? (yang pernah ikut penataran P4 silakan angkat tangan…)*
Itulah yang menjadi kecurigaan saya yang terjadi pada orang-orang yang suka ber-ad hominem. Tidak bisa dan tidak mampu membedakan mana penerimaan dan mana penghargaan.
******************
Jawaban ?
Lalu apa solusinya ?
Saya tidak memberikan solusi. Saya cuma memberikan semacam insight dan tinggal kita memutuskan apa yang akan diperbuat.
*sepertinya ada yang protes nih…. *lirik yang disana* insight melulu, jawabannya mana ?*
Lalu apa yang akan kita lakukan kalau orang lain sudah mengeluarkan jurus maut itu ? Saya rasa blogger-blogger yang lain punya cara masing-masing ketika dirinya di-ad hominem-kan. Kalau saya, saya lebih suka memperingatinya dan kalau masih dilakukan maka lebih baik saya menjauhinya. Case closed and go to hell with your arguments… ๐ (memangnya neraka ada ya ?) Dengan kata lain, saya tidak menanggapinya karena capek-capekin badan saja.
Apa yang saya tulis diatas cuma kecurigaan (atau dalam bahasa ilmiahnya : hipotesis) saja. Sumpah, saya bukan seorang yang suka bercuriga apalagi sama orang lain. Lebih baik memiliki kecurigaan sama pendapat orang daripada curiga sama orangnya.
Saran yang lain : mungkin lebih baik teori-teori logika dan fallacy diajarkan sejak dini [untuk mengurangi kebahlulan nasional] atau mari ramai-ramai meng-amok orang-orang yang suka dan gemar beradhominem.
Kalau ada yang mau menambahi kecurigaan itu, saya akan dengan senang hati akan menambahkannya.
Pesan Moral :
Kick Ad Hominem Out of Blogsphere
*tolong dibikinin banner-nya ya…atau sudah ada ?* ๐
setuju! jangan ad hominem!!
sekalian vertamax…
Banner dah ada tuh bang, buatan si bambang palesu. ๐
ah, komen saya di atas termasuk ad hominem ama yang ngaku bambang itu keknya tuh.
*maaf ya kopral *
[OOT]
Lho, kok pingback ke tempat saya kalimatnya ini sih? ๐
Padahal saya kan waktu itu lagi rada curehat™ doang. ๐
[/OOT]
Ah, soal ad-hominem, IMHO itu terjadi karena orang-orang yang melontarkannya cenderung mengasosiasikan diri dengan argumennya. Sehingga apabila argumennya diserang, dia turut merasa dirinya juga diserang (padahal kenyataannya belum tentu begitu). ๐
IMHO sih. (o_0)”\
BTW, banner ad-hominem udah pernah dibikin sama Geddoe kok. Cek aja di blognya. ๐
*siapkan tumbak serang empunya blog*
๐
*kaburrrrrrrr*
sepakat… setiap ide adalah anugerah ngapain harus didebat.. sayah percaya semua orang punya anugerah tinggal bagaimana kita menanggapi aja..
kalo ga sama yah udah ga usah berantem.. pake maksa segal
๐
Nah, setuju banget dengan pendapat Bung Fertob. Ruang komentar saya kira disediakan untuk pengunjung memang lebih banyak diperuntukkan sebagai media berdiskusi dengan cara-cara yang santun, menjalin silaturahmi, sekaligus belajar menghargai perbedaan pendapat. Kalau kita melakukan justifikasi terhadap pendapat kita sendiri lantas ber-ad hominem dengan menyerang orang lain secara personal, yang jelas2 *halah* OOT, yah, akan lebih baik jika kita menahan diri untuk tidak berkomentar. Mengunjungi blog tidak wajib hukumnya harus memberikan komentar, kan?
Kalau dah ada bannernya, aku ngantre ikut masang lho, Bung, hehehehe ๐
OK, salam.
padahalkan berbeda itu indah
*nyambung ga sih?*
Pokoke anda salah! Titik..
Hohoho.. Betapa sebelnya dapat komen seperti itu ya, bang? Rasanya pengen banget ngemut tuh orang.. ๐ฟ
ah, bang fertob tau afa sih? bicara soal ad hominem? emang bang fertob siafa hah? funya gelar di bidang per-ad hominem-an afa?!
_________
ah ya, kalo nda salah bannerna uda ada deh..kalo ndak salah di blogna DeBe kalo ndak kofral bambang….
heheheh ad hominem????
Sering saya rasakan bang pas diskusi dikampus.
Iya betul, bikin capek lahir & batin.
Salam kenal dari tetangga sebelah..
*jabat tangan sambil senyum*
Mas kalo bikin blog tanpa menyertakan identitas pribadi itu termasuk Ad hominem gak? Dan sering kasih comment ke blog orang lain??
saya jadi merasa bersalah.. ๐ฆ krn sampai detik ini saya belum berkenan membuka jatidiri saya… ๐ฆ
oooooOOOOOOOoooooooooooo begitu yaaa….
*maap sya baru tahu apa itu ad hominem, jadi oo nya panjang, kepanjangan ya?*
makasih ya bung fertob, sya jadi tahu sekarang. Jadi “Shoot the Massanger” ya?
Hm..saya pikir, klo di “alam” seperti ini, blogosphere, forum diskusi, de el el -pokoknya media -media yang memfasilitasi orang untuk mengemukakan pendapatnya, hal seperti itu memang biasa aja terjadi sih.
Tapi sebagaimana diskusi pd umumnya, tentu kita punya etika. kita kan sudah dewasa. Iya ga? ๐
Uh, kadang2 waktu komen dah disubmit dan keluar, baru sadar kalo yang ditembak orangnya dan bukan opininya…
Kadang2 juga tersulut counter-attack karena di-shoot duluan…
Sulit untuk mengerti isi suatu topik. Apabila otak sudah keburu panas, maka biasanya Ad Hominem jadi jalan keluar yang memuakkan.
IMHO, saya juga lebih ngeliatnya ke ‘kecurigaan ( ๐ ) yang ini.
Kadang saya juga jadi panas, tapi coba mikir-mikir… “Oh iyaaa jga ya…”
…dan alhasil, bisa mencegah ‘nembak orang’. ๐
SETOJOOOOOOOOOOOOOOOO!!!!!!!!
KICK AND RUSH, POKOKNYA!!!!
POKOKNYA!!!
POKOKNYA!!
POKOKNYA!
HIDUP KICK AND RUSH!
*bannernya udah ada, om*
Setuju, basmi ad hominem dari muka blogosphere!!!!
*Fire Up mode: On*
Aih, kalo saya mah lebih sering OOT daripada ad hominem :). Pasalnya saya belum kenalan lebih jauh ama penulisnya sih, jadi ga ada bahan buat meng-ad hominem :P. Lagian ngapain juga sih nyerang pribadi seseorang yang enggak kita kenal? Bikin malu aja *geleng-geleng ngeliat kelakuan ad hominemers*
Kick Ad Hominem Out of Blogsphere
Kayaknya lebih baeh diubah menjadi,
Kick “PAHAM POKOKNYA” out of Blogsphere !!!
Kick Ad Hominem Out of Blogsphere
Kayaknya lebih baek diubah menjadi,
Kick “PAHAM POKOKNYA” out of Blogsphere !!!
Eh, komen sayah diatas Ad Hominem jugak ndak segh….???
[…] mempertanyakan tentang keabsahan aliranmu, jawablah dengan sopan dan pintar. Jangan dijawab dengan ad-hominem atau sambil mengutuk pertanyaan dari si penanya. Yang kayak gitu jelas aja mancing keributan. Mbok […]
jensen99:::
ah, kalo konter-etek saya juga sering, sih. manusiawi kupikir…refleks pembelaan diri gitu lho. cuma ya sedapat mungkin jgn mendahului buat menyerang deh, soale yg ada di indonesia cuma olahraga “bela diri”, ga ada olahraga “serang orang” kekekekekeke!
@ Joe
Sepakat, Joe.
Ada batas toleransi yang ndak boleh dianggap remeh. Kita sudah mencoba bersikap baik tapi ndak dianggap, ya sudah…
tangan mesti ngepal juga jadinya ๐
baru tau apa itu ad hominem! perlu banyak belajar lagi nih!
@ chika :
setuju juga sama chika…. ๐
@ dana :
udah ada ya ? thanks mas dana
*nggak apa-apa kok selama berhubungan dengan si bang-bang pemakan biawak (bambang soebiawak)
@ Sora :
justru curehat-nya yang jadi “bernilai” ๐
Itu dia penyebabnya : diri sendiri = argumen. jadi kalau argumennya diserang, dia merasa dirinya sendiri yang diserang. Setuju.
oke, makasih….
@ almas :
ah, kangmas almas ini mau menyulut perang
*tangkis*
tul, kangmas almas….. setiap ide itu anugerah. berbeda pendapat juga adalah anugerah.
@ Pak Sawali :
Betul pak….. saya juga beberapa kali mengunjungi blog orang lain tapi tidak memberikan komentar. yang penting saya menambah wawasan dari mengunjungi blog orang lain.
@ ade :
betul, berbeda itu indah…
*nyambung-nyambung aja kok*
*menanti gosip baru*
@ qzink666 :
diemuth ? ๐ tapi setelah itu dimuntahkan lagi ya ? hehehehehe….
kayaknya sudah pernah jadi korban ya ? ๐
@ hoek :
hoek jangan nyafah ya…. kalau nyamfah, tolong diangkut ke TPA sekalian….
saya cuma blogger yang sering jadi tempat pembuangan samfah si hoek ๐ gelar saya MAD alias master of (anti) adhominem…
@ mriyandi :
di STAN ? ๐ terus gimana nanggepinnya ?
@ dewo :
kalau mohon maaf lahir batin juga mas dewo….
@ gimbal :
hehehe…nggak ada hubungan kok mas…. adhominem beda dengan anonim. tapi memang ada juga yang beradhominem dengan beranonim, tapi nggak ada hubungannya kok…
*salam kenal juga*
@ mina :
yup betul mbak….. inti dari adhominem itu adalah “shoot the messenger and not the message”.
ini dia yang belum tentu mbak…. adhominem juga bisa jadi ukuran kedewasaan. yang saya maksud bukan dewasa secara fisik tapi dewasa secara psikologis/pikiran.
@ jensen99 :
hehehe.. counter-attack itu manusiawi kok mas, tapi yang di “attack” yang harus kita bisa bedakan : argumen atau orang.
kalau saya di-shoot duluan mending nggak usah menanggapinya lagi, karena capek-capekin badan saja…
@ ChaosRegion :
kalau kita menuruti hati dan otak yang panas biasanya memang begitu sih…. tapi intinya pengendalian diri *halah kayak ustadz aja aku ini* ๐
@ roze :
hehehehe….kesadaran untungnya cepat datangnya ya ? ๐
@ Joe :
lho…bukannya kick and rush sudah nggak jadi pakem lagi di Liga Inggris ? kalau di liga Indonesia bisa jadi Kick and Rus
uh—–
@ nanass!!!
betul, lebih baik OOT dan becanda daripada adhominem. kalau adhominem sudah jelas, tendensinya itu permusuhan…
@ mbelgedez :
yup… Paham POKOKNYA juga harus diberantas. Tapi yang sering saya lihat orang yang mengeluarkan jurus adhominem itu biasanya mengeluarkan jurus “Pokoknya”. Jadi seperti dua sisi mata uang…
nggak kok mas…. ๐
@ benbego :
mari sama-sama belajar mas….
bener. apalagi yang (sok) anonim.
dan can karena masalah pribadi jadi kbawa2.
bener2 ga mature
Artikel hebat! Berwawasan luas dan inspiratif!
Mungkin karena kami sering menjadi “korban ad hominem”, artikel ini membuat kami tersenyum bahagia. ๐
Contoh ad hominem yg tertuju ke arah kami:
Uraian lebih lanjut ada di http://pacaranislami.wordpress.com/2007/09/25/belajar-menghindari-kekeliruan/
Kemarin saya ikutan komen di blog’nya Abu Sa***.
Tapi bukannya nanggepin komen saya, eh malah beliau nyela2 nama saya… ๐ฆ
Itu termasuk ad hominem bukan sih, bang?
mana yg mo ditendang? ๐
kalu menurut aku siy.. biarin ajah yang model begitu.. so yang laen pada bisa liat gimana sebenranya mental si pembuat.. apa ituh tadi naman6ya Ad hominem yah.. ya ituh (maklum baru tau).. yah pokoknya gitu.
*asli koment ga jelas*<— yang ini ga ditendang kan????
*H2C*
Kalo komen : “Jangan katakan apa2 yg tidak kau lakukan”, atau yg semacamnya [dgn gaya bahasa lain], ini termasuk ad-hominem gak ya mas Fertob ?
Karen ada banyak ide-ide baik dari teman2 dan kita [saya juga] berharap mampu menjaga [mengamalkan] ide2 baik itu di keseharian …
Memahami ide baik kan belum tentu mampu mengamalkan [melakukan] nya …
Nah gaya dorong itu lho… gmana mengadakannya… ๐
Maksud saya, apakah termasuk ad-hominem kalo kita menuntut bukti di keseharian sang penulis ?
#Sorry belum sempat baca postingan ini semua, agak panjang juga# ๐
ik ndak setoedjoe…pokoknja ik jang benar…jang lain
salahsampah…tapi IMO orang bakal lebih milih oentoek diem dan tekan Alt + F4 kalo dia soelit oentoek mengerti soeatoe topik….
lain lagi kalo dia salah memahami…bisa djadi dia bakal melontarkan ad hominem
@ dina :
hehehehe…. betul itu dek..!!!
tapi tips utk menyikapinya bagi saya lebih baik dibiarkan saja alias nggak dijawab.
@ Pak Shodiq :
Betul pak, itu adalah komentar yang menyerang pribadi. Tema diskusi yang ada disana tidak berhubungan dengan “siapa diri kita”, tetapi komentar yang ada malah menyudutkan pribadi secara personal.
Dan saya sangat tidak suka dgn komentar seperti itu. Si pemberi komentar sepertinya nggak bisa membedakan antara mana tema/topik diskusi dan mana orang yang mengajukan argument. Sepertinya perlu banyak belajar lagi.
*sad….* ๐
@ qzink :
hehehehe… saya sudah lihat komen kamu disana. isinya memang langsung menuju pada diri anda… ๐ nggak usah berkomentar lagi disana kalau mereka bersikap “tertutup” seperti itu.
@ caplang :
tuh…. si ad hominem
*nyiapin pantat ad hominem buat ditendang caplang*
@ ordinaryone :
sebaiknya diperingatkan dulu, kalau nggak mempan ya sudah biarkan saja….dan betul apa kata anda, mental si pembuat komentar sudah bisa langsung dilihat..
@ herianto :
bagi saya, ada perbedaan antara mengetahui sesuatu dan melakukan sesuatu. kita bisa saja mengetahui sesuatu tanpa pernah mengalaminya atau melakukannya. kalau ini berhubungan dengan moralitas, itu namanya morality intelect….
kita bisa minta bukti keseharian penulis dari apa yg dikomentarinya, tetapi caranya bisa dengan banyak cara tanpa meninggung langsung pada kapabilitas si penulis. sebenarnya wajar kalau bukti itu kita tuntut, tapi persepsi orang thd hal itu bisa berbeda-beda.
@ celotehsaya :
yup, lebih baik diam kalau nggak ngerti…. daripada berkomentar tapi menyerang pribadi…
SETUJU!!
Mari kita bersihkan blogsphere dari kuman2.
hoh !!! kenapa saya diikutsertakan ???
sX lg bravo deh. cukup detail dan analisanya cukup dalam.
*merenung, jgn2 slm ini dalam berkehidupan sehari-hari, sering ber-ad hominem*
duh…..makasih mas, udah mengingatkan. saya akan lbh hati2 lg. kadangkala, batas ad-hominem itu kabur sehingga mudah melewatinya. palagi kl udah soal ego spt yg udah disebutkan diatas. itu yg susah^^
sX lg, thx mas…^^
BERUNTUNG SAYA MAMPIR KEMARI…
Sepertinya bakal rutin kesini..
Nice share …. ๐
[…] by Fortynine Hmmmโฆ mau posting iseng iseng. Berhubung baru selesai membaca artikel darinya Bang Fertob. Soal komentar mengomentari. Ini hanya kemungkinan saja. Hasil analisa sepihak dan tidak saintis […]
Lebih baik nggak usah komentar daripada ad hominem.
seru bang, hueheheheh ๐
klo kita sudah tidak menyukai seseorang, maka apapun yang diucapkan nya adalah salah menurut kita. Maka rajinlah kita nyari2 tentang pendapat yang dilontarkan nya dan siap2 untuk meruntuhkan.. pokoknya anti . ..
*kaya gitu ttermasuk ngga om ?
[…] Lha? Kok malah nyasar ke mana-mana? Dan kadang kok jadi ad-hominem ya? Itu sudah melantur jauh dari konteks. Pembelaan yang mengkambinghitamkan pihak lain. Memang […]
[…] Neo Fortynine Hmmmโฆ mau posting iseng iseng. Berhubung baru selesai membaca artikel darinya Bang Fertob. Soal komentar mengomentari. Ini hanya kemungkinan saja. Hasil analisa sepihak dan tidak saintis […]
[…] jadi lebih gayeng lagi. Fallacy berlompatan dari bibir mereka. Yang paling sering adalah tipikal ad hominem, seperti yang sering aku alami kalo aku lagi urun komentar di blognya orang-orang yang ngaku […]
[…] Yeah, semoga saja mainan baru ini lebih menantang dan nggak mudah nyerah. Jangan seperti yang kemarin-kemarinlah. Cuma saja, kok ya kayaknya jurusnya terlalu mudah ditebak: fallacy dengan judul “argumentum ad hominem” […]
๐ Hua.ha.ha… sampean memang Antum Kelentum kayak entung… ๐
________________________________________
#joesatch yang legendaris said
January 4, 2010 at 11:37 am
ahahahaโฆ
lagi2 ad hominem. bolak-balik cuma bisa hal yang sama. pantasโฆorang islam ternyata memang masih banyak yang tolol ๐
________________________________________
#ุญููููููุง said
January 4, 2010 at 11:53 am
@Joesatch
Alhamdulillah ternyata orang Islam itu masih banyak yang tolol, dan NON ISLAM SEMUA SUPER TOLOL ๐ ๐
________________________________________
joesatch yang legendaris said
January 4, 2010 at 12:03 pm
wah, kok gitu? jangan bawa2 agama lain, donk. saya aja nggak ngejek2 agama lain di luar agama saya, kok situ malah ngejek2 agama yang bukan agama situ sih?
________________________________________
@Haniifa say:
Hehehe… merengek-rengek kayak bencong sesuai dengan artikel ini.. .gud suragud sampean sekarang tidak Oot lagih, tapi super duper DUNGU
Uenak tock,… mantab’s toch Argumentum ad Juminten… senjata makan tuan… hua.ha.ha….
๐ ๐ hua.ha.ha…
Sampean gemetaran toch... hayooo smedi dulu, biyar freshh lagih
Lho…. koq jadi nyampah disini? Jangan nyampah di blog orang, mas. Berdebat sama orangnya di blognya atau blog sampeyan. Saya lihat komentar sampah sampeyan ada juga di blog Pak Agor.
Makasih….
@Oom Goldfriend
Mohon maaf yach, tolong ditegur @Pak Agorsiloku oleh sampean…. dan katakan permohonan maaf saya lewat sampean bagaimana ?!
[…] internet dan sampah informasi? Mampukah semua blogger menerapkan pola diskusi yang sehat, bebas ad-hominem, fallacy, dan saling caci, demi mencapai solusi bersama, dengan melepaskan semua jubah, kesombongan […]
[…] reading: [1] Ad hominem, wikipedia. [2] Mengapa Ad Hominem?, Argumentum Ad Pusingam, Fertob Hades Share this:TwitterFacebookLike this:SukaBe the first to like […]