[tulisan setengah bercanda dan setengah serius]
[mencoba bersikap realistis]
1 Desember adalah Hari AIDS Sedunia !!!
Dan setiap menjelang Hari AIDS saya selalu teringat akan polemik seputar penggunaan kondom sebagai salah satu alat pencegahan penularan virus HIV yang menjadi penyebab AIDS. Polemiknya selalu beragam, mulai dari alasan moralitas, melegalkan free-sex, sampai pada adanya penelitian bahwa kondom tidak efektif mencegah penularan virus HIV.
Saya berpendapat bahwa kondom adalah salah satu alat yang mampu menurunkan prevalensi AIDS. Tentunya dengan berbagai alasan.
Tapi kali ini saya ingin mencoba “membantah” beberapa kesalahan pemikiran seputar kondom dan AIDS.
1. HIV/AIDS adalah [hanya] masalah moralitas.
Komentar : OMG, apa kita masih hidup di jaman Shakespeare menulis Hamlet ? 😆 Atau jangan-jangan kita hidup di jaman Freud mengajukan ide Infantile Sexuality ?
HIV/AIDS itu punya banyak cara penularan, dan bukan hanya lewat cara “immoral” seperti seks bebas, seks tidak aman, perilaku seks menyimpang, dan kerja syahwat yang lain. HIV/AIDS bukan hanya masalah moralitas tapi masalah kemanusiaan.
2. Melegalkan Kondom berarti melegalkan Free Sex.
Komentar : Yaoloh [courtesy of Bangaip], apa nggak ada hubungan lain yang lebih menakjubkan dibandingkan menghubungkan kondom dan free sex ? Apa hubungan free sex-kondom ini seperti hubungan harga pulpen di Jayapura dengan IHSG di Bursa Efek Jakarta, atau seperti hubungan Gempa Bumi di Dompu dengan tabrakan di jalan tol Jagorawi, atau penjelasan chaos theory tentang hubungan kepakan sayap kupu-kupu di Hutan Amazon dengan Badai Mitag di Filipina ?
Apa ini yang namanya fallacy ? Saya cuma butuh penjelasan, dan bukan sekedar kait-mengkaitkan. 🙂
3. Kondom “bocor” ternyata masih bisa menularkan HIV.
Komentar : Ehm, kondom memang bisa “bocor”. Kondom juga punya pori-pori yang, menurut beberapa penelitian, memungkinkan si virus HIV nyelusup dan keluar dari cairan sperma.
Tapi…tapi…. *saya masih punya tapi*
Apakah itu berarti kondom “sama sekali tidak berguna” bagi pencegahan penyakit menular seksual ? Apa yang saya ketahui, berdasarkan penelitian saya dulu dan observasi partisipatoris di sejumlah lokalisasi pelacuran, kondom ternyata terbukti cukup efektif untuk mengurangi dan meminimalkan kemungkinan terkena penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS. Kondom sangat efektif DIBANDINGKAN tidak memakai kondom.
4. Kampanye Kondom mengabaikan Kampanye Anti Free Sex.
Komentar : Hah..! Apa maksudnya nih ?
Penanggulangan AIDS tidak hanya dengan satu usaha. Itu bahasa kerennya adalah “parsial”. Saya kok jadi ingat dengan berbagai slogan yang dicanangkan pemerintah (BKKBN, cmiiw) yang salah satunya adalah ABCDE.
Abstinence alias tidak melakukan hubungan seksual.
Be Faithful alias setia pada pasangan.
Condom alias gunakan kondom jika melakukan hubungan seks yang beresiko.
No Drugs alias jangan gunakan narkoba khususnya narkoba suntik
Equipment Sterilization alias sterilisasi alat-alat yang beresiko menularkan virus HIV.
Kampanye ini harus jalan bersamaan. Tidak boleh sendiri-sendiri atau single fighter. Jadi kalau mau memberantas HIV/AIDS sambil mengabaikan salah satunya, maka itu namanya tidak melihat realitas yang ada. Isi kepala tidak boleh selalu idealis tapi juga harus realistis. Kalau harus selalu idealis maka sebaiknya hidup di Utopia-nya Thomas More saja. 🙂
5. Agama adalah jalan keluar pemberantasan HIV/AIDS.
Komentar : Saya yang akan pertama kali mengatakan SETUJU kalau HIV/AIDS hanyalah masalah moral dan akhlak belaka.
Tapi ? *saya masih punya banyak tapi* 😉
HIV/AIDS bukan hanya masalah moralitas dan agama. Bagaimana berkotbah soal akhlak bagi mereka yang terkena HIV/AIDS karena transfusi darah, penularan dari suami ke istri, penularan dari ibu ke anak, atau terpapar cairan tubuh yang mengandung virus HIV ?
Makanya, ente bertobat supaya masuk sorga
Contoh lainnya. Gimana cara berkotbah soal agama pada mereka yang rentan terkena HIV/AIDS, seperti pekerja seks komersial (PSK), sopir truk sembako antar propinsi, atau anak-anak jalanan pemakai narkoba suntik ?
“eh, kamu itu harus bertobat. apa yang kamu lakukan itu dosa besar”
Efektifkah ? Lebih efektif mana mengkampanyekan kampanya ABC dibandingkan dengan kampanye perbaikan moral bagi mereka. Tentunya, buat saya, adalah kampanye ABC.
Moral itu masalah yang luas dan lingkup besarnya. Caranya kampanye moral adalah dengan menjadi pendamping mereka dan memberikan penyuluhan akan bahaya-bahaya penyakit menular seksual dan bagaimana pencegahannya, sambil perlahan-lahan memperkenalkan moralitas versi agama bagi mereka. Bukan dengan total nabrak sana sini tanpa lihat situasi.
catatan : saya pernah menjadi penyuluh kesehatan reproduksi remaja, juga pernah melakukan observasi di sejumlah lokalisasi pelacuran di beberapa kota, juga pernah ngobrol ngalor-ngidul dengan supir truk sembako antar propinsi yang terbiasa ngeseks sepanjang perjalanan mereka. [lembaga bernaung, tempat, dan nama orang dirahasiakan]
Solusi ?
Solusi apaan ? Apa masih ada solusi ? Tapi kalau memang harus ada solusi, ya saya kasih aja satu.
Jangan Tolak Kondom
Jangan tolak kondom karena alasan-alasan yang tidak relevan dan signifikan. Selama kondom masih cukup efektif mengurangi prevalensi penyakit menular seksual [termasuk HIV/AIDS] maka kondom masih diperlukan, terkecuali ada alat yang lebih efektif yang mampu berperan di level aplikasi lapangan.
Jangan tolak kondom dengan alasan agama, moralitas, free sex, dan lainnya. Itu hal-hal yang tidak berhubungan. Jangan mengkait-kaitkannya. Jangan masuk dalam fallacy seperti ini :
Saya minum satu tablet aspirin dan berdoa pada Tuhan, akhirnya sakit kepala saya hilang. Ternyata memang Tuhan yang menyembuhkan sakit kepala saya. 🙂
Itu fallacy apa ya ? (lupa saya) Dan saya pikir juga nggak nyambung.
Jangan tolak kondom kalau khawatir kondom akan disalahgunakan oleh beberapa pihak. Yang patut dikhawatirkan dan diperbaiki adalah tujuan dan sasaran dari kampanye penggunaan kondom itu. Jangan menolak hal yang esensial jika lingkungannya bisa diubah menjadi lebih baik.
Jangan tolak kondom karena kondom masih bisa “ditembus” oleh virus HIV. Persentasi “ditembus” yang saya ketahui juga tidak mencapai 100%. Yang perlu dikhawatirkan dan diperbaiki adalah kualitas dari kondom tersebut.
Jangan tolak kondom karena menurut kita perbaikan moral adalah hal yang utama. Perbaikan moral adalah idealnya. Kondom adalah realitasnya. Jangan menjadikan perbaikan moral menghalangi realitas yang ada. Kita tidak [hanya] sedang berkotbah dan berdakwah soal pemberantasan HIV/AIDS. Kita sedang berusaha.
Dan jangan tolak kondom hanya karena anda membaca tulisan ini.
************
Saya masih tetap berpandangan penggunaan kondom masih cukup efektif dalam mengurangi kemungkinan terkena penyakit menular seksual [termasuk HIV/AIDS], minimal dalam level aplikasi di lapangan. Saya hanya mencoba bersikap realistis saja.
Penolakan-penolakan soal penggunaan kondom [dan juga kampanyenya] selama tidak memberikan alternatif solusi di level aplikasi, hanyalah penolakan idealis tanpa melihat realitas sebenarnya di lapangan.
Saya juga tidak berniat mendukung atau menolak model kampanye-kampanye baik itu dukungan maupun penolakan terhadap kondom. Saya harap semua berpikir jernih, proporsional, dan realistis dalam melihat kondom. Bukan hanya kondom-nya saja tetapi AIDS yang masih menjadi maut dibelakangnya. AIDS itu tujuannya, kondom hanyalah salah satu caranya.
*habis ini saya dijewer mbak Ira karena mengambil jatahnya nulis soal HIV/AIDS.
*jadi pengen jadi penyuluh kesehatan reproduksi remaja seperti jaman dulu lagi. 🙂
Tulisan terkait :
- Anda Peduli ?
- Kenapa Saya Menolak Kampanye Kondom ?
- Kondom AIDS
- I Have AIDS – Will You Hug Me ?
- Sudahkah Kita Peduli dengan AIDS ?
- Pengidap HIV Aids, Malam-malam…
- Injury Time For AIDS
- Dicari : Pemimpin Peduli
- Selamat 1 Desember 2007
- ODHA ala Pramuka ?
- Kampanye Dukungan untuk Menolak Pekan Kondom Nasional 2007
- Ayo
- Berpacaran Yang Sehat dan Bebas AIDS
- Tribute to HIV/AIDS
- Hari AIDS Sedunia
- 1 Desember : Hari AIDS Se-Dunia
- Hayo Siapa Berani Melawanku…
vertamaaaxxx!!
menurut kacamata saya, mendingan tidak melakukan seks sebelum menikah… 😆
Mas, saya juga pernah kampanye anti AIDS, dulu, bahkan ikut nyebarin kondom, tapi apa yang terjadi, disalahgunakan mas! dan saya merasakan, baiknya kampanye pemakaian kondom yang anda harapkan sebagai salah satu cara meminimalisir penyebaran HIV, mending dikampanyekan secara terbatas untuk kalangan tertentu yang memang sudah siap dengan resiko HIV. Gak perlu dikampanyekan melalui media besar-besaran seperti itu.
Tidak rasional, Mas! Kompas tahun 1997, saya lupa tanggalnya, memuat berita tentang angka pemakaian kondom terbesar di Indonesia ternyata adalah Yogyakrta. Pertanyaannya, berapa penduduk Yogya? trus, siapa pemakai kondom itu? penelitian berikutnya, saya juga lupa, menyebutkan 1 dari sekian mahasiswa yogya tidak perawan. Tapi, percayalah, saya gak bohong, ngapain juga bohong!
jadi, nuwun sewu, mas! kampanyekan kondom di lingkungan terbatas saja. 😉
Kampanye penanggulangan AIDS harus dilakukan secara menyeluruh, jangan diambil sepotong-sepotong. Saya sepakat perlu adanya kampanye penanggulangan AIDS secara intensif. Namun saya juga menyayangkan, kenapa setap kali ada kampanye AIDS, selalu yang jadi issue utama adalah kondom, kondom dan kondom. AIDS bukanlah melulu diakibatkan oleh makai kondom atau tidak makai kondom, demikian juga, makai kondom tidak bisa diartikan bahwa yang bersangkutan sedang mencoba mencegah dirinya tertular AIDS.
*Aku salah satu pengguna kondom, aku tidak terjangkit AIDS, aku bukan pelaku seks bebas, aku pakai kondom bukan karena ingin mencegah AIDS. So, bagiku, tidak ada korelasi yang langsung antara aku, kondom, dan AIDS*
“Isi kepala tidak boleh selalu idealis tapi juga harus realistis.”
Saya suka point yang ini!
Banyak orang terlalu idealis, terlalu berpikir tinggi dan menganggap diri adalah orang cerdas.
Tapi tidak mau melihat apa yang terjadi, tidak realistis..
Hehehehe…
Nice post about condom! Memang begitu yang seharusnya menjadi pikiran, bukan paranoid terhadap macam-macam 😛
Aduh, Bung Fertob, saya bener2 lupa nih kalau 1 Desember Hari AIDS Sedunia sehingga nggak menyiapkan postingan. *Alasan klasik*
Tapi, menurut hemat saya nih, perilaku seks ini juga sangat erat kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, dan kultur. Entah sudah berapa orang2 saudara2 kita yang menjadi “korban” AIDS karena gagal mengontrol kebiasaan dan gaya hidupnya yang suka memanjakan libido seksualnya. Wah, repot. Meski demikian, saudara2 kita yang saat ini tengah menghadapi cobaan “virus mematikan” ini tetap butuh pendampingan, agar tetap tabah menghadapi cobaan hidupnya.
[…] Posting terkait: – Tema Hari AIDS Sedunia 2007: Kepemimpinan – Dicari : Pemimpin Peduli – Sudah-kah Kita Peduli Dengan AIDS? – Hari AIDS Sedunia Diwarnai Aksi Damai – Hari AIDS Sedunia 2007 – ODHA Ala Pramuka – Kondom AIDS – Injury Time For AIDS – 1 Desember : Hari AIDS Se-Dunia – Tribute to HIV/AIDS – Pengidap HIV AIDS, Malam-Malam – Mereka Mengidap AIDS, Mereka Dikucilkan – I Have AIDS. Will You Hug Me? – Anda Peduli? – Ayo – Selamat 1 Desember 2007 – Dilema AIDS & Kondom […]
Terima kasih, fertobhades sudah membuatkan link ke situs kami.
Artikel ini kami dukung sepenuhnya, seratus persen!
Alasan untuk menolak kampanye kondom karena “Lho! Apa-apaan ini? Sekarang saja sudah bebas seks, apa mau dibebaskan lagi?” agaknya sedikit paranoid memang, Bang.
Kalau kenyataannya memang sudah bertebaran gejala free-sex, bukan berarti bahwa mesti membiarkan pula bertebaran HIV dimana-mana. Moralitas dan agama memang perlu jadi benteng, tapi memperkecil peluang menyebarnya virus pembunuh yang satu itu juga bukan hal sepele.
Dijadikan kutipan harian ah… 😛
*catet*
*sebenarnya tadi pagi sudah komen, tapi dak tampil… mungkin gara-gara koneksi saya lagi error 😦 *
Saya setuju dengan Pak Gempur… Jadi, kampanyenya dibatasi. Kalau untuk masyarakat, kampanyenya ya… yang lain. Misal, jauhi seks bebas… hati-hati saat transfusi darah, dan semacamnya.
Dalam salah satu sesi wali kelas yang saya isi dengan diskusi tentang pergaulan bebas, salah satu anak saya yang paling brilian (skill-nya paling baik di kelas) dengan entengnya berkata “…kan ada kondom, Pak…” 😕
hmmm dilema emang.. satu sisi harus sudah terlanjur terjadi seks bebas dan sisi lain kita harus menghabisi penyakit masyarakat yang ditimbulkannya…..
tapi mungkin kadang kondom tidak menjadi penyelesaian masalah bahkan dijadikan alasan sebagai pembenaran seks bebas.
mungkin.. pencegahan terbaik adalah dari diri kita sendiri, menjaga adik,saudara kita untuk tidak terjerumus kedalam hal itu
Kayanya kondom dijadikan alat pencegah virus HIV/AIDS boleh-boleh saja. Tapi ….
Kondom hanya sebagian kecil karena kasus terbanyak penyebaran virus HIV/AIDS adalah melalui jarum suntik…
jadi belibet kan kasus maning-kasung maning… 🙂
Kondom melegalkan Free Sex ? Iut sih bagaimana pendapat para komentator sendiri. Apakah benar Kondom menyulut Free Sex ? tanpa kondom juga, bisa jadi kaum Adam rela menjalin ML dengan kekasihnya. Lebih berbahaya lagi.
It’s better with something useful than not. 😉
Yaoloh … bang… nyebut bang. Anda telah menyumbangkan sebuah kebobrokan bagi bangsa ini.
*ngelirik persediaan kondom di dompet*
[…] Oh saya tidak hendak bercerita soal AIDS, karena ada pakar yang lebih jago membincang tentangnya. Saya cuma mau bilang kalau saya itu kagum sama Baby Jim Aditya atau lebih dikenal dengan sebutan Ibu Aids atau Ibu Kondom fertob says.. […]
[…] Dilema AIDS & Kondom – Pyrrho […]
ah ya, saya sepakat.
abis itu plas! ilang deh…
saya rasa, kampanye total ABCDE, jauh lebih efektif daripada kampanya moral yang kerap bertahan hanya beberapa menit sejak dikumandangkan
dan anehnya, sampai saat ini Om, masih banyak yang menolak kampanye kondom dengan dalih melegalkan freesex.
Ah, semoga mereka membaca postingan ini…
Ah ya, ada satu lagi hal yang perlu kita lakukan sebelum kampanya ABCDE, yaitu : kampanye buat mbaca posting ini

siapa mau bantu saya? siapa tahu, tugas saya menjadi lebih mudah? (fyi,saya aktivis kespro remaja juga lho 😉 )
Ini ber-arti, kita tidak boleh hanya ber-pikir dan mengucap-kan saja kan bro? Tapi harus di-barengi dengan action, dan itu yang penting. Aku pribadi sangat setuju ideal-isme harus sejalan dengan realita, itu baru nama-nya ber-buat. 🙂
Aku juga setuju untuk tidak me-nafi-kan fungsi kondom, karena tidak ada yang bisa men-jamin di-antara kita ada yang mampu meng-henti-kan keinginan biologis tapi tanpa penyaluran yang resmi. Jadi sedikit-nya dengan kondom, itu akan menjadi tameng daripada tidak sama sekali.
Thanks buat share ini ke kita-kita semua. 😉
[…] AIDS Sedunia – Semua Berawal dari Rumah… – Kondom AIDS – 1 Desember : Hari AIDS Sedunia – Dilema AIDS & Kondom – Hari Peduli AIDS Sedunia – Hayo Siapa Berani Melawanku… Tagged with: 1 desember, aids, […]
salam kenal buat semua, thanks buat mas phyro yang dah ngelink-kan tulisan saya di blog ini. Masing-masing memang memiliki pendapat dan alasan yang berbeda, tapi akan lebih baik jika semuanya saling bersinergi untuk mewujudkan Indonesia lebih baik. Yang di bagian penyuluhan ya monggo bekerja dengan baik, yang di bagian moral ya monggo bekerja dengan baik pula, dan seterusnya. Yang pasti semoga pro dan kontra ini membuat semua kalangan bisa berpikir ulang dan bisa bekerja lebih efektif tanpa menjatuhkan satu sama lain PIZZ
Bisa di maklumi, bang.. Para penjaga moral risi dgn iklan massal penggunaan kondom untuk pencegahan HIV/AIDS, karena dlm sudut pandang mereka seks aman menunjang perzinahan. Sayang mereka lupa bahwa moral dan agama saja tak cukup mencegah penyakit AIDS..
selalu ada pro-kontra ya tentang AIDS dan kondom inih…
hidup ABCDE!!! ^_^
~lamaGakMampir
saya tidak menolak kondom. saya hanya (akan) tidak menyukai penggunaan kondom. kata temen saya ga enak, soale. serasa dilapisi 😛
[…] Dilema AIDS & Kondom – Pyrrho […]
@ cK :
yup betul, yang paling utama dari kampanye penanggulangan AIDS itu adalah tidak melakukan seks pranikah. 🙂
@ Gempur :
makasih Pak mau berkunjung ke blog ini.
Selalu ada korelasi antara kampanye ABCDE dengan penanggulangan AIDS. Kampanye kondom sebagai salah satu bagian dari kampanye ABCDE itu adalah suatu bentuk penyadaran dan alternatif solusi kepada masyarakat akan bahaya HIV/AIDS. Saya cuma berharap, jangan timbul lagi sikap paranoid terhadap HIV/AIDS dan kampanye tandingan yang menolak Kondom.
Tapi saya juga tidak sepenuhnya setuju kampanye AIDS yang hanya mengedepankan kondom saja, seakan-akan cara-cara yg lainsudah tidak berhasil. Kondom hanya salah satu cara. Saya juga tidak setuju dengan kampanye AIDS dengan cara membagi-bagikan kondom gratis di pinggir-pinggir jala, seakan-akan HANYA dengan kondom maka semua masalah AIDS akan selesai. Itu juga berlebihan.
Tapi saya lebih tidak setuju kalau kampanye kondom langsung dikaitkan dengan mengkampanyekan free sex, melegalkan maksiat, dan pemerosotan moral. Itu tidak relevan. Kampanye kondom pada lingkungan terbatas memang itu sasaran utamanya, tetapi kampanye kondom di media adalah bentuk dari kampanye ABCDE dalam penanggulangan AIDS.
@ Nudee :
betul mas…. kampanye AIDS memang bukan hanya soal kondom, kondom hanya salah satu caranya saja. Saya hanya mencoba bersikap realistis dengan meluruskan beberapa salah pendapat soal kondom dan stigma negatif yang melekat padanya. 🙂
@ rara :
makasih mbak.. 🙂 kondom memang harus diletakkan pada porsinya sendiri. jangan dikaitkan dengan hal-hal yg nggak berhubungan.
@ Pak Sawali :
Iya pak.. dukungan pada mereka penderita HIV/AIDS harus tetap selalu diberikan. Tulisan-tulisan di blogsphere yg mengangkat kasus ini juga adalah salah satu bentuk dukungan buat mereka.
@ pacaranislami :
hehehehe… nggak usah 100% pak, cukup 99% saja sudah memadai.. 🙂
@ Alex :
yup, saya setuju pada point Agama dan Moralitas memang jadi benteng utama pencegahan AIDS. Tapi pada level aplikasi di lapangan, kondom masih tetap jadi sesuatu yg efektif.
Terkadang saya juga idealis dan ini memang lebih sering, tetapi saya juga kadang berpikir realistis dan praktis.
@ Suandana :
untuk kampanye di kalangan terbatas [mereka yg beresiko terkena HIV/AIDS] memang dari dulu sudah dilakukan. Untuk kampanye di media publik, itu tidak bisa dilepaskan dari kampanye global dalam menanggulangi AIDS dengan kampanye ABCDE-nya, dimana kondom adalah bagian dari kampanye itu.
Dan menurut saya itu adalah salah satu bentuk pendidikan dan penyadaran masyarakat. Caranya yang memang sering kebablasan, misalnya dengan membagikan kondom gratis di pinggir jalan, dlsb.
@ Almas :
yup, seperti komen sebelumnya, yang paling utama itu adalah “katakan tidak pada sex yang beresiko”. tapi ketika kita berhadapan dengan banyak orang yang tetap beresiko thd HIV/AIDS maka kondom adalah langkah terakhirnya. Itu adalah salah satu bentuk kepedulian kita terhadap keselamatan mereka dari bahaya AIDS.
@ kurtubi :
oiya, di negara-negara maju justru penyebaran AIDS lebih besar melalui transfusi darah, jarum suntik/alat-alat lainnya. Tapi di negara-negara berkembang seperti di Afrika dan Asia, penularan masih lebih banyak lewat hubungan seks tidak aman.
@ DB :
hehehehe…. tanpa kondom pun free sex bisa saja sudah marak. jadi hubungannya dimana ?
@ dana :
….dan saya bersedia dikatakan “perusak moral bangsa”
*gara-gara kampanye kondom*
@ Siwi :
betul… kampanye ABCDE itu lebih bermanfaat karena aplikatif dan langsung mengena pada masyarakat.
hahahaha….. ini dalam rangka apa ya ? 😉
aha, akhirnya ada juga yang aktivis kespro remaja. 🙂 masih aktif sampai sekarang nggak ? sudah ngapain aja Siw ? diceritain dong….
*suer, pengen lagi jadi penyuluh kespro waktu masih kuliah dulu. banyak tantangannya* 🙂
@ ex-mus :
betul, lebih baik memakai kondom daripada tidak sama sekali pada hubungan seks tidak aman. itu yang menurut saya realistis dalam kampanye AIDS dan hubungannya dengan kondom.
*sambil diiringi dengan cara yang lain tentunya*
@ Bu Yuhana :
betul bu…. saya tidak mempunyai maksud lain dibalik tulisan ini selain ingin memperbaiki stigma negatif yang melekat pada kondom. saya yang beberapa kali melakukan penyuluhan kespro tidak pernah memberikan kondom gratis cuma-cuma tanpa ada bentuk pendidikan lain soal bahaya AIDS, misalnya dengan kampanye “katakan tidak pada sex beresiko” atau kampanye “setia pada pasangannya”. itu semua menyatu, dan kondom adalah salah satu cara ketika perilaku seks tidak aman itu masih dilakukan.
@ qzink :
hehehehe… saya nggak berpandangan sejauh itu lho… 😉 tapi bisa saja pandangan negatif itu berawal dari ketidakpahaman mereka tentang apa itu HIV/AIDS atau apa guna kondom dalam pencegahan AIDS.
saya masih berpikiran positif lho… 🙂
@ Ra :
dan kayaknya Rora jadi salah satu aktivisnya nih ? 😉
@ Joe :
huahahahaha…. itu kan masih katanya Joe.. 😉 dicoba dulu baru dirasakan
*tapi nanti setelah nikah*
misalnya kondom diregulasi (kalo beli harus pake KTP misalnya) kira-kira ada pengaruhnya nggak ya bang?
hmmmmmmm……it btul kta hrus mnggalakkan it’dmi para bnerus bangsa.btullllllllll??/????/
hai……….. yg merasa cntk u gak bkal”n nyesal knl”n ma Q… coba Z………..
Om, bukannya ada agama yang melarang kondom dan alat kontrasepsi lainnya?
ada seorang kawan saya, namanya
BangaipArif, dia menolak kampanye penggunaan kondom karena menurutnya itu melegalkan free sex. Dan karena saya merasa dia cukup cerdas untuk tidak berpikir sesempit itu, maka saya cuma jawab “Emang otak lo aja yang mesum, Rif.”gw rasa udah bukan dilema lagi, emang kondom ngak pantas disandingkan dengan kampanye AIDS.
jangan melakukan sex bebas.. tapi klo sudah tidak tahan, pakailah kondom .. . .
btw, saya masih takjub aja nich. . . .
Tuhan menciptakan Penyakit ini disertakan sebagai akibat dari perbuatan2 maksiat .. .
free sex, narkoba ama tatoo.. itu kan ngga boleh ya . .
Melegalkan kondom berarti melegalkan free sex, aku rasa nggak tuh!

Sudah saatnya kita mulai menerima pembelajaran sejak dini, dan itu memang agak terlambat bagi kita.
Salah satu free sex terjadi memang disebabkan oleh kondom, tapi bukan berarti kondom adalah penyebab pelegalan free sex.
Coba dikaji lagi lah!
yap, kenapa AIDS melulu disandingkan dgn kondom
-salam kenal-
gak juga…
kebetulan aja aku baru gabung SEMUD (96.3 FM Minggu 20.00) dan kemaren topiknya juga AIDS… truz kita mo ngangkat masalah kontroversi kondom ini tapi ‘gak brani’ disebut dari awal… baru dilontarin pas dah deket2 akhir acara -_-”
maju kena mundur kena gitu deh… hehehe..
om pyrrho ternyata begitu membela kondom..

jadi terharu..
😆
becanda, om..
Kalau penyebaran HIV/AIDS nggak melulu karena hubungan seks saja, kenapa yang selama ini digaungkan hanya soal kondom doang? Kenapa perlu diberikan ATM kondom tetapi tidak perlu disediakan ATM jarum suntik? Toh kedua perilaku itu, ngeseks bebas dan nyuntik obat bius sama-sama menyimpangnya. Mengapa yang disediain hanya kondom doang? Mestinya jarum suntik dibagikan secara gratis juga.
Bukan berarti menolak kondom. Masa bodohlah mau kena HIV/AIDS semua orang di negeri ini. Dah pasti kan sebagian besar kena HIV/AIDS karena perilaku menyimpangnya. Yang tertular bukan karena perilaku menyimpang ya, itu yang perlu didekati.
Dulu waktu masih punya toko di Depok, aku jualan kondom dan kebetulan DUREX lagi kasih promosi. Aku sih ok-ok aja, Durex bayar spanduk tiap bulannya, khan lumayan buat tambahan income perbulan. Kalo tidak laku ya aku pakai sendiri. Sedangkan semua orang pada cengar-cengir termasuk si tukang ojek yg suka nangkrin di depan toko.
Akhirnya aku tanya kenapa, mereka jawab kalo kondom itu bisa buat ngewek dan mereka bilang seharusnya aku simpan saja dan jangan dipajang di depan.
Akhirnya aku jelasin aja mereka penggunaan kondom sebenarnya : salah satu alat kontrasepsi, mencegah penularan penyakit (HIV, keputihan karena jamur,dll)…
Lucunya Pak RW yg kerjanya sebagai mantri kesehatan juga menyarankan kondom itu disimpan dibelakang. Wa…ha…ha…ha..ha…Bagaimana aku harus menerangkannya ya?
Tulisan ini kayaknya juga dalam rangka menyambut Pekan Kondom Nasional (1 – 8 Desember 2007)
Di Indonesia, mau tidak mau pencegahan HIV dan AIDS harus dikaitkan dengan masalah moral. Kecuali semua pihak sepakat kalau mau ngomongin kondom itu tanpa bicara masalah moral. Banyak orang yang masih beranggapan bahwa kondom sama dengan free sex. Jadi semua strategi program pencegahan dan penanggulangan HIV di Indonesia masih menekankan abstinence kalau bicara di masyarakat umum. Saya belum melihat ada program yang terang-terangan mengkampanyekan kondom sebagai alat utama untuk pencegahan ini (CMIIW). Jadi kekhawatiran kondom akan digunakan sebagai propaganda barat juga rasanya tidak tepat.
siapalah saya ini mau njewer bang fertob. dicambuk saja ya bang? 😆
salam kenal
mas..ikutan nimbrung dikit soal kondom, setahu saya nih, pori-pori kondom itu masih jauh lebih gede dari pada virus HIV AIDS itu sendiri, so pakai kondom sebenarnya 100% tidak akan bisa mencegah penyebaran virus HIV AIDS (klo memang bisa coba deh tantang pembuat kondom untuk berhubungan seks dengan orang yang positif HIV AIDS kira2 berani gak hehehe), gitu deh pendapat saya
untuk topik ini mending no Free Sex
AYO RAME-RAME PAKE KONDOM!!!
BIAR PENJUALAN KONDOM MENINGKAT!!!
BIAR PABRIKNYA CEPAT BALIK MODAL!!!
DAN AKU MAKIN GAMPANG CARI PASANGAN ML DI MANA AJA!!!
KAN ADA KONDOM???!!!
GAK MUNGKIN KENA AIDS!!!
GAK MUNGKIN HAMIL!!!
AMAN!!!
DENGAN KONDOM KITA AMAN!!!
DENGAN KONDOM KITA BEBAS!!!
KONDOM ADALAH PAHLAWAN SAYA!!!
HIDUP KONDOM!!!
HIDUP KONDOM!!!
HIDUP KONDOM!!!
[…] tulisan di blognya ITIKKECIL yang terinspirasi dari tulisan di website komunitas AIDS ini, dan juga blog bang fertob ini, jadi ketawa geli! Ahahaha… ada-ada aja, Pekan Kondom Nasional!!! Kurang kerjaan ajah! […]
menurut saya mending ga usah pake berhubungan sex diluar nikah/pergi ketempat lokalisasi enakan buat seneng – seneng ama temen, makan – makan ama pacar
hmm…….menurut ku mending ga usah pake acara free sex segala mendingan buat belajar kan enak masa depan kita masih jauh kawan apa kita mau kecewain ortu yang udah memberi kasih sayang dan membiayai pendidikan kita?
Pesen ku aja jangan pernah hancurin harapan ortu mumpung mereka masih ada disisi kita apa salahnya kita memberi sedikit kebahagiaan kepada mereka! dan ucapkan selamat tinggal kepada free sex dan narkoba! OK kawan semangat tetap maju perjalanan kita masih jauh!
[…] Dilema AIDS & Kondom – Pyrrho […]
Om Fertob… maen maen ke t4 temen saya ada diskas yang rame juga lho…
aslinya ngga juga koklinknya salah ya? tempatnya temen saya
hm… coba ya Om… sebagai blogger terbijak,
saya harapkan Om bisa memberi sedikit pencerahan. gak kayak saya yang maen emosi mulu kalo diskas
😀
untuk comment #40..pa beneran itu tuch?….seharusnya juga ada badan pemeriksa kualitas kondon >BP KK..agar pabrik2 juga gak hanya nyari untung..tp juga securenya diperhatiin…
klo makan khan BP POM…hehehe
@siwi
pencerahan apa perusakan moral?
heran juga ya orang di mana-mana selalu mendukung kondom dan menolak cara-cara agama yang SUDAH PASTI terjamin kebenarannya
Anda mengedepankan logika dan mengabaikan moral dan agama, demi semakin maraknya pemakaian kondom di Indonesia. uraian Anda kelihatan logis, tapi memberikan analogi-analogi yang sengaja dibuat tidak nyambung. menggiring opini pembaca untuk membenarkan, lantas mengikuti anjuran berkondom (dengan siapapun, karena aman, gak kena penyakit, gak hamil)
bagaimana sedandainya anak Anda melakukan hubungan badan dengan temannya, kemudian hamil, bagaimana respon Anda?
-menyalahkan anak Anda karena tidak pakai kondom?
-menyalahkan anak Anda karena ngesex sebelum waktunya?
orang yang menolak bicara masalah moral dan agama, hanya mengedepankan logika dan hubungan kausalitas yang dibuat-buat sendiri, suatu saat akan bungkam ketika terjadi kasus memalukan yang menimpa dirinya sendiri atau keluarganya, atau anaknya..
selamat berjuang bung fertob (dan siwi), bela-lah kondom di mana-mana, perjuangkan kebebasan menggunakan kondom. jangan pedulikan moral dan agama. dan semoga kalian cepat mendapat petunjuk dengan cara-NYA sendiri!
@ deteksi
Begini Pak / Bu,
Ketika seseorang itu mendukung kondom sebagai alat pencegah menyebarnya AIDS, maka bukan berarti menolak agama. Itu kesimpulan dari mana tuh?
Nah ketika anda misalnya memang sedang mendakwahkan agama sebagai alat pencegah AIDS, apa orang yang anda dakwahi itu langsung menerima detik itu juga? Dan apa dakwah anda langsung mencapai semua orang sekaligus dalam detik yang sama?
Nah jika tidak maka tentu ada gap yang harus tetap di isi agar jangan sampai AIDS itu terus menyebar. Nah salah satu solusinya ya kondom itu.
Atau anda memang mengganggap AIDS itu di biarin aja menyebar bagi mereka mereka yang tidak mendengarkan dakwah anda sebagai hukuman Tuhan, begitukah?
@ deteksi :
[ad hominem ON]
Bagaimana kalau anda menderita AIDS karena transfusi darah ?
Salahkan saja moralitas anda yang tidak bisa melindungi diri anda dari transfusi darah itu.
Bagaimana kalau anda mendapatkan AIDS dari peralatan dokter yang tidak steril ?
Salahkan saja moralitas anda yang tidak bisa melindungi anda dari peralatan kedokteran itu.
Bagaimana kalau anak anda yang masih bayi mendapatkan AIDS dari ibunya yang tanpa diketahui menderita AIDS ?
Salahkan saja si bayi yang tidak bisa melindungi dirinya sendiri.
[ad hominem OFF]
Mas, saya pernah jadi penyuluh HIV/AIDS. Sepanjang saya menyuluh, saya TIDAK PERNAH membagi-bagikan kondom gratis di pinggir jalan. Target saya bukan itu. Target saya adalah mereka-mereka yg terpinggirkan, yang punya kemungkinan besar terkena HIV/AIDS, misalnya PSK, sopir truk sembako antar propinsi, anak-anak jalanan.
Dan saya SELALU mengutamakan kampanye Abstinence dan Be Faithful dalam setiap penyuluhan itu. Itu yang pertama didahulukan dan diperkenalkan, karena menurut saya cara itu masih yang paling aman dan efektif mencegah HIV/AIDS.
Tapi, saya tidak berhenti sampai disitu saja [berbeda seperti anda atau para penentang kondom lainnya]. Saya tidak bisa mengontrol perilaku mereka, belum tentu setelah penyuluhan itu mereka akan langsung berubah dan tidak lagi melakukan hubungan seks tidak aman. Saya TIDAK TAHU apakah mereka langsung nurut atau tidak.
Lalu apa ? Apakah saya membiarkan mereka “menggadaikan nyawanya” karena saya masih berpegang teguh [dan kaku] pada moralitas saja ? Apakah moralitas masih jadi sesuatu yg kaku kalau kita bisa memberikan alternatif lain bagi mereka, ketika mereka belum bisa menghentikan perilaku seks tidak aman itu ?
TIDAK. Kalau nyawa mereka jadi taruhannya, maka bullshit dengan moralitas dan agama. Agama dan moralitas itu untuk manusia.
Lalu apa solusinya ? Apa diam saja. Bagi penganjur HANYA KAMPANYE MORAL tolong jawab. Apa diam saja dan membiarkan korban berjatuhan karena kita tidak punya solusi lain ? Apa nyawa manusia hanya sebatas himbauan dan nasehat moralitas ?
Maka saya berani menyatakan bahwa justru mereka yang tidak BERMORAL. Tidak ada moralitas kalau nyawa manusia sudah hilang. Pegang kata-kata itu. Moralitas hanya berguna kalau nyawa masih di badan.
Dan itu pertimbangan kenapa kondom jadi solusi alternatif. Lihat lebih jelas, jangan gunakan paham POKOKNYA. Kalau cuma pokoknya, maka silakan tunggu AIDS menjadi bahaya di depan mata. Dan sungguh beruntung kalau kita masih sadar, dan tidak terlena dengan moralitas tanpa bisa berbuat lebih.
Apakah anda tahu perbedaan moralitas dlm agama dengan moralitas dlm etika ? 🙂
Kalau agama bicara moral, dia sedang berkotbah, berceramah, dan berdakwah. Membicarakan sesuatu yg telah menjadi patokan dlm ajaran-ajaran agamanya.
Kalau etika bicara moralitas, dia tidak sedang berkotbah. Dia sedang berargumentasi, berwacana, menganalisis, menggunakan semua pertimbangan moral yang ada, menggunakan patokan nilai-nilai dan norma yang ada.
Mana yang benar ? Tidak ada. Keduanya punya kekuatan dan kelebihan. Ketika saya berargumentasi secara rasional ttg masalah moralitas, jangan pernah mempunyai prasangka buruk kalau saya tidak punya norma agama. Saya masih punya moralitas dan patokan norma.
Tidak ada hubungan kausalitas yang dibuat-buat. Semuanya pakai pertimbangan. Dan apa bantahan anda terhadap pertimbangan itu ?
Saya menunggu argumentasi anda.
Terkecuali anda mentaklid buta dan tidak ingin berpikir lagi, maka diskusi ini akan sia-sia. Saya berbicara pada orang yang salah atau saya yang salah berbicara pada orang. 🙂
Saya masih bermoral, sama seperti anda. Tapi saya masih berargumentasi dengan layak dan tidak kaku dalam menerapkan moralitas saya.
Anjuran anda sudah menghakimi dan mendiskreditkan kami. Anda belum tahu siapa kami, tetapi anda telah melontarkan penilaian seakan-akan saya adalah kaum tak bermoral.
Dan selamat karena itu juga berarti anda adalah kaum yang BERMORAL. Semoga anda mendapatkan petunjuk dari-NYA juga.
@ dana :
Saya mendapat kesan begitu. Cukup banyak saya ketemu pejabat-pejabat yang mengatakan seperti itu dengan alasan moralitas.
Semoga selamat, karena mereka telah berperan sebagai Tuhan dalam menghakimi dosa orang lain.
@danalingga
kalo mau baca lagi halaman ini dari atas sampai bawah, mereka sangat meremehkan keberadaan agama bagi manusia, dan menggiring opini bahwa kondom adalah solusi paling tepat
ini contoh kutipannya:
maaf bapak-bapak dan ibu-ibu semua yang hadir di sini. cara berkotbah soal agama adalah dengan menanamkannya sejak dini dan terus-menerus disertai dengan contoh. dan ini tanggung jawab orang tua. jadi tidak bisa dibandingkan dengan sesuatu yang instant seperti kondom.
anda mengatakan: “gunakan kondom biar aman!” kemudian mereka menggunakan kondom untuk melakukan hubungan sex di luar nikah yang jelas-jelas melanggar agama. agar tidak kena aids, katanya.
lalu di tempat lain ada yang berkotbah: “jangan melakukan sex di luar nikah, karena itu dosa!”. tetapi besoknya tetap aja melakukan sex di luar nikah, tanpa kondom pula, sehingga kena aids
lalu apakah dengan dua kejadian tadi anda lantas boleh menyimpulkan bahwa anjuran menggunakan kondom ternyata lebih efektif daripada pendekatan agama dalam hal pencegahan penularan aids?
@fertob
saya yakin anda sangat bermoral dan cerdas. uraian anda panjang lebar, penuh dengan data logis empiris. hanya saja saya tidak sefaham dengan anda untuk masalah ini karena anda meletakkan kondom di tempat paling mulia, di atas agama
kita berada pada rel yang berbeda. tapi semoga sama-sama tidak kena aids
dan dengan segala hormat, saya menyatakan WO dari diskusi ini. mohon maaf jika ada lontaran yang kurang berkenan.
@.:deT:.
Masalahnya kita hidup dalam dunia kenyataan, bukan dunia ideal pak/bu. Apakah anda menjamin ketika anda berdakwah kepada PSK misalnya, maka PSK tersebut langsung bertobat detik itu?
Semua yang anda kemukakan tentang bahwa agama seharusnya yang lebih efektif ternyata hanya ada dalam level teori. Sedangkan pada kenyataan/praktek nya agama ternyata tidak seefektif kondom . Yah, contohnya pada PSK itu misalnya.
Saya inginnya sih agama lebih efektif dari kondom. Tapi ternyata kenyataannya ternyata berbeda. 😉
Ingin menekankan lagi bahwa:
Dakwah agama akan efektif, jika bisa di jamin ketika di dakwahi maka pelaku yang rentan terhadap AIDS itu langsung bertobat detik itu juga. Jika ini tidak bisa di jamin, maka kondom tetap di perlukan sebagai alternatif.
@ deteksi :
seluruh pertimbangan moral saya ada di tulisan kedua, Dilema [part.2] : Pertimbangan Moral.
Dan tidak pernah saya meletakkan kondom diatas agama dan moralitas.
ini misalnya :
dan ini tulisan anda :
Saya juga yakin inilah yang efektif. Penanaman moral memang dari keluarga. Saya belajar psikologi dan saya tahu itu.
Saya cuma bisa menganjurkan anda lihat masalahnya di lapangan. Cobalah amati kaum yang mempunyai kemungkinan besar terkena HIV/AIDS seperti PSK, sopir bus/truk antar kota, dan anak jalanan. Terkecuali kaum itu dianggap hina dan tidak layak untuk didekati.
Dan saya sudah mengatakannya di komentar saya sebelumnya.
Masih kurang jelas ?
Coba berikan contoh tulisan saya yang secara jelas mengatakan saya meletakkan kondom di tempat paling mulia diatas agama dan moral ?
Oh, saya mengerti. Perbedaan pendapat itu sangat wajar, dan saya juga memang berniat tidak meneruskan diskusi ini.
Tapi saya masih kurang mengerti tentang pembunuhan karakter yang anda lakukan di blog ini :
Saya terbuka dalam berdiskusi, sebesar apapun perbedaan itu. Tetapi komentar itu sudah bernuansa lain. Itu sudah terkesan melecehkan dan pembunuhan karakter, seakan-akan anda menghina kehadiran saya dan komentar-komentar saya di blog orang lain.
Kalau ANDA BISA, Bantah ARGUMENTASINYA dan Jangan Serang Orangnya. Menyerang orang lain sama dengan menghina kualitas kecerdasan intelektual dan emosional anda. Anda mungkin orang yang sangat cerdas, tapi bersikap ad hominem sama dengan menghina kecerdasan anda sendiri.
Atau memang anda tidak bisa berdiskusi dengan sehat ?
Apa anda tahu apa itu kopi-paste ? Saya tidak pernah kopi-paste komentar di tulisan apapun di blog siapapun. Setiap komentar yang saya tulis adalah murni dari hasil pemikiran saya sendiri.
Intinya, jangan hina intelektualitas anda dengan komentar bernada ad hominem dan pembunuhan karakter. Kualitas anda kelihatan disitu.
Terima kasih.
Saya juga nulis yang menentang kampanye kondom. Kampanye kondon sama aja dengan kampanye free seks. Ada di blog kami
yang pake kondom itu nggak beragama !
*di gampar orang sekampung *
*hasil fast reading*
[…] kan aku mau nulis apa. Sebelum aku post tulisan ini aku baca sebuah artikel dari bang Ferthob di sini (halah). Tulisan yang menarik, ya, walau ada beberapa hal yang agak tidak sejajar dengan […]
Saya tidak munafik,sex itu ibarat witaminnya makluk hidup,termasuk manusia.selain witamin witamin untuk tubuh, sex adalah witamin yang paling menentukan dan utama..
saya setuju dengan adanya kampanye KONDOM.karena apa..?.jaman sekarang pergaulan bebas,free sex,itu kayaknya sangat minim bisa di bendung,jadi para remaja itu kalo dilarang malah semakin menjadi jadi dan jika sembunyi sembunyi akibatnya bisa fatal bagi remaja putri.
dengan adanya kampanye kondom ini,akan mempermudah bagi orang tua untuk mengenalkan apa itu SEX dan BAHAYANYA,kepada putra putrinya.
terimakasih.saya tidak adu argumen tapi cuma mengeluarkan pendapat saya..da.da.da
[…] Mereka Dikucilkan – I Have AIDS. Will You Hug Me? – Anda Peduli? – Ayo – Selamat 1 Desember 2007 – Dilema AIDS & Kondom – Hari Peduli AIDS Sedunia – Hayo Siapa Berani Melawanku…. – Terkapar Tanpa […]
kalau tidak mau berpenyakit,,ya cari pasangan yang jelas asal usulnya,,jangan ganti2 pasangan,,miliki sepenuhnya isteri2 anda semua,jangan merasa bosan dengan pasangan anda dengan cara melihat kelebihan,dan melihat kekurangan sebagai kelebihan pasangan,…di balik maksiat ada akibat..bener tho,rumus dari dulu…wes 86..cap cus.