[tulisan basbang dan tidak penting] π
[hanya ingin belajar dari sejarah]
Menarik membaca tulisan Pak Iman Brotoseno di [sini] dan [sini] yang membahas tentang sejarah 2 mantan RI, Seoekarno dan Soeharto. Tulisan ini hanya akan menambah sedikit tentang apa yang terjadi dengan Soekarno dan apa yang [sepertinya akan] terjadi juga pada Soeharto.
Saya adalah produk Orde Baru. Lahir dan besar di alam orba yang, menurut pemahaman saya, serba tertutup dan mengekang. Karena merupakan produk orba, maka sedikit banyak pemikiran saya juga terpengaruh oleh apa yang terjadi pada masa itu. Misalnya, saya pernah ikut penataran P4, pernah ikut cerdas-cermat P4 waktu SD dan SMP, dan masih banyak lagi.
Saya tidak ingin membandingkan masa lalu dan masa sekarang. Tetapi, belajar dari pengalaman sejarah adalah guru yang terbaik bagi bangsa ini agar tidak jatuh lagi di kemudian hari.
Setelah Soeharto jatuh sakit, banyak polemik yang menyertainya. Yang paling menonjol, selain pemberitaan menghebohkan di media, adalah masalah “Apakah Soeharto perlu dimaafkan atau tetap diproses secara hukum“.
Saya melihat, logika kebanyakan orang yang mengatakan Soeharto harus dimaafkan bersandar pada kenyataan bahwa Soeharto :
- mempunyai banyak jasa terhadap negeri ini
- dalam kondisi yang sakit parah [yang kemungkinan besar tidak bisa pulih]
Logika itu masuk akal bagi saya.
.
.
.
Tapi ada yang perlu diperdebatkan disitu. Saya punya beberapa pertanyaan yang mungkin bisa dipikirkan bersama.
- Apakah kalau seseorang punya banyak jasa terhadap negeri ini dan kemudian dia [dituduh] mempunyai kesalahan-kesalahan, maka kesalahan-kesalahan [pidana atau perdata] itu otomatis terhapus oleh jasa-jasanya secara hukum ?
- Apakah sakit parah menutup kemungkinan Soeharto tidak bisa “diajukan ke muka hukum” ?
Coba kita balik ke sosok Soekarno. Semasa hidupnya, Soekarno tidak pernah sekalipun dituntut ke muka pengadilan karena tuduhan bahwa dia terlibat dalam peristiwa G30 S. Soekarno hanya diminta pertanggungjawaban di depan MPRS sebagai seorang presiden [dengan pidato Nawaksara yang ditolak oleh MPRS], dan bukan sebagai seorang yang dicurigai berada di balik sebuah usaha makar.
Soekarno tidak pernah dituntut di muka pengadilan.
Dan coba kita lihat sekarang ini. Banyak stigma yang melekat pada diri Soekarno karena banyak yang mencurigai beliau sebagai seorang yang, langsung atau tidak langsung, bertanggung jawab terhadap peristiwa G30S itu. Bahkan banyak analis-analis dari dalam dan luar negeri yang menuliskan tentang hal itu.
Tapi apakah kita tahu bahwa Soekarno MEMANG benar-benar bersalah atas peristiwa itu ? TIDAK PERNAH TAHU, karena, sekali lagi, Soekarno tidak pernah dimajukan ke depan pengadilan dan kebenaran secara hukum tidak terungkap. Kita tidak pernah memberikan kesempatan kepada Soekarno untuk MEMBELA DIRINYA dimuka pengadilan.
Soekarno dihukum oleh “opini” dan “stigma negatif” yang melekat pada dirinya : Dia Bersalah. Sementara kebenaran hukum dan pembelaan dirinya tidak pernah terungkap.
Dan saya rasa, itu karena prinsip kita (baca : Soeharto) yang “mikul duwur mendhem jero”. Sementara kebenaran secara hukum tidak mengenal istilah itu.
Apa yang bisa kita pelajari dari kasus Soekarno itu ?
Saya cuma tidak ingin peristiwa yang sama akan terjadi berikutnya. Jika Soeharto tidak dimajukan ke depan pengadilan atas tuduhan dan sangkaan suatu perbuatan melanggar hukum, maka kita TIDAK AKAN PERNAH TAHU apakah Soeharto memang benar-benar bersalah atau tidak.
Tap MPR No XI/1998 jelas-jelas menyebutkan nama Soeharto dalam hal pengusutan kasus-kasus korupsi di masa lalu. Hal ini hampir sama dengan TAP MPRS No XXIII/1967 yang menyebutkan secara jelas nama Soekarno dan hubungannya dengan peristiwa G30S/PKI.
Dan kedua TAP MPR-MPRS itu sampai saat ini belum dicabut alias masih berlaku !!!
Jika Soeharto tidak pernah dimajukan ke muka pengadilan, maka kita tidak akan pernah tahu kebenaran yang sebenarnya menurut hukum. Kita hanya bisa menghujat dan memaki-maki Soeharto sementara semua kesalahan- kesalahannya di masa lalu BELUM TERBUKTI secara hukum.
Stigma itu akan tetap melekat pada diri Soeharto. Tapi yang paling penting, kita mengulang kesalahan sejarah masa lalu dengan TIDAK memproses secara hukum siapapun yang dituduh bersalah dimuka hukum. Sejarah itu akhirnya berulang, sama sedetail-detailnya, sama dengan alasan-alasannya.
Dan yang paling penting : Kebenaran itu tidak akan pernah terungkap.
Apakah ini yang namanya belajar dari sejarah ? π
***************
Kita mungkin punya keinginan untuk melindungi seorang tokoh yang berjasa bagi bangsa ini. Tapi keinginan untuk mengungkap kebenaran lebih besar daripada keinginan lain. Meskipun menyakitkan, kebenaran itu harus diungkap. Dan, menurut saya, satu-satunya cara mengungkapkan kebenaran [dan juga belajar dari pengalaman sejarah] adalah memajukan Soeharto ke muka hukum. Hanya itu caranya.
Dan bahkan seandainya, Soeharto diputuskan bersalah secara hukum, apakah itu berarti penghargaan kita terhadap jasa-jasanya menjadi berkurang ? Disitulah pemberian maaf sangat berperan. Soeharto [jika memang] bersalah, maka sebagai seorang yang menghargai jasa-jasa tokoh bangsa, pemberian maaf dan pengampunan adalah jalan keluar yang lain.
Kebenaran itu memang bisa menyakitkan, tetapi harus diambil.
cat : maaf, saya hanya menyertakan satu link saja. tulisan ini mungkin sudah basi tapi hanya sekedar urun saran saja.
Selama ini kita hampir tak pernah belajar dari sejarah. Yang biasanya kita lakukan hanyalah menghafal materi sejarah.
Mengapa demikian? Mungkin karena kita masih jahiliyah (bodoh).
eh iya… juga ya… ada kemungkinan soeharto tidak bersalah… tapi kemungkinan itu tertutup oleh stigma masyarakat yang menggunakan asas praduga pasti bersalah… jujur saiyah sendiri juga memberi cap pada soeharto bahwa dia telah bersalah entah karena apa… pokoknya dia bersalah….
post ini mencerahkan…
soekarno bapakku
kita memang harus belajar dari sejarah bangsa ini, sejarah bahwa kita adalah bangsa yang berjiwa besar.
selalu dapat memaafkan kesalahan.
huhuhuhu
wae.
Kalau logika gw, Fer, gw setuju aja untuk tidak membicarakan dulu masalah hukum SELAMA beliau masih sakit. Pembicaraannya ditunda dulu sampai beliau sembuh atau game over. Toh, dalam agama Pak Harto tuh “hutang” diwariskan kepada ahli warisnya, kecuali jika si empunya piutang lantas mengikhlaskannya. Jadi kalau beliau game over dan rakyat Indonesia merasa almarhum punya hutang pada mereka, bisa menuntut ke ahli warisnya.
Tapi gw nggak setuju “dimaafkan” begitu saja tanpa proses, APALAGI cuma dengan alasan beliau sudah berjasa. Berjasa adalah hal yang terpisah daripada kesalahan – bukan dua hal yang berkomplementaris. Beliau mendapatkan penghargaan dan penghormataan atas jasanya. Penghormatan dan penghargaan, BUKAN hak untuk dimaafkan kesalahannya π
Kalau pun nanti rakyat Indonesia mengikhlaskan piutangnya pada Pak Harto, itu harus dilihat sebagai kebaikan rakyat Indonesia. Bukan sebagai balas jasa kepada Pak Harto.
Tradisi mengadili (pemimpin) belum pernah terjadi dalam sejarah Indonesia. π
Belajar dari sejarah, ternyata hanya sebuah perulangan ya Bang! dan ternyata tak hanya di Indonesia saja hal ini terjadi, tewasnya Bhutto kemaren, dan banyak kejadian lain di dunia pun seperti perulangan saja.
Pengungkapan kebenaran pun kian sukar, karena stigma yang sudah kadung melekat, karena hukum yang “aneh”, juga politik yang katanya menjadi raja
tapi bila ban bocor, ada tukang tambal ban yang memeriksa, semoga saja tukangnya kali ini jeli, dan ban sejarah itu bisa ditambal
*maaf bila ada kesalahan akibat pemahaman saya yang minim*
idealnya memang diadili dulu untuk membuktikan apakah pak Harto bersalah atau tidak. Kalau nantinya dinyatakan bersalah dan presiden memutuskan untuk memberikan pengampunan, itu sudah persoalan lain.
tulisan ini gak basi kok bang π
Ah, mencerahkan! π *lirik Geddoe*
Ah, tepat. Jasa dan kesalahan jelas tidak bisa dicampuradukkan. Seperti yang bang fertob tanyakan, apakah dengan berjasa besar otomatis kesalahannya akan dimaafkan dan hilang?
Menurutku di sinilah hukum Indonesia yang selama ini dicerca lumpuh, timpang, berat sebelah, dan lain sebagainya bisa unjuk gigi. Kapan lagi? Mau nunggu Mbah Kakung salto?
pak harto ndak mau mengadili bung karno. pak sby ndak mau mengadili pak harto. ya sudah..klop π
Those who cannot remember the past are condemned to repeat it. (Santayana)
Tanpa mengetahui dengan tepat melalui proses peradilan yang benar mengenai apa kesalahan dua presiden ini maka di masa mendatang kita tidak memiliki acuan untuk menilai pemimpin-pemimpin kita di masa mendatang.
Tapi saya juga sanksi Mas, apakah dengan hukum itu bisa didapatkan PEMBUKTIAN yang sesungguhnya/sebenar-benarnya????? Mengingat kondisi kultur hukum dan peradilan (termasuk aparat2nya) di Indonesia seperti sekarang ini.
“Apakah kalau seseorang punya banyak jasa terhadap negeri ini dan kemudian dia [dituduh] mempunyai kesalahan-kesalahan, maka kesalahan-kesalahan [pidana atau perdata] itu otomatis terhapus oleh jasa-jasanya secara hukum ?”
Saya setuju sekali Mas dengan kalimat di atas, hukum kita tidak pernah mengenal kata maaf ketika dulu ada seorang bapak yang mencuri dua tandan pisang untuk menyambung hidup keluarganya saya harus menerima perlakukan kasar oleh bapak2 polisi dan bermalam di penjara kantor polisi. Atau maling2 lainnya yang sial digebuki atau dibakar masa hanya untuk menjadi pahlawan penyokong kehidupan anak istrinya.
Tapi untuk kasus Pak Harto ini, sepertinya hukum dan masyarakat di Indonesia punya segudang maaf (pengampunan).
jasa dibalas dengan penghargaan. .
kesalahan dibalas dengan hukuman ..
aihhh….
yang jelas bangsa kita ini kerdil sangadh, begidu gamfang mereka melufakan sejarah.
entah kenapa soal beginian emang ga ada ujungnya. menurut saya sih biarkan Tuhan yang membalas semua perbuatannya. Kalaupun nggak diadili di dunia nyata, setidaknya beliau pasti akan diadili di dunia akhirat…
Tapi utk kondisi skr, repotnya kan tidak ada (?) yg berada dalam kapasitas memungkinkan utk memberikan penjelasan. Pak Harto jelas dah ndak bisa membela diri. Apa keluarganya bisa? Kita bertanya2 siapa yg memegang informasi yg valid atas banyak hal yg terjadi. Sejarah atas hal ini nanti mau ditulis atas versi siapa?
(gua nanya mulu, kagak bisa kasih solusi )
Sungguh saran yang seharusnya jadi pertimbangan buat para pemimpin dan pengambil kebijakan negeri ini, tidak hanya dalam kasus soeharto ini saja, sayangnya mereka sudah melupakan sejarah dengan apa yang terjadi dengan soekarno.
saya setuju dengan anda, yang penting adalah pembuktian dimuka hukum, baik itu pidana maupun perdata, perkara dimaafkan atau tidak itu akan menjadi catatan sejarah yang lain.
saya yakin, toh masyarakat akan bisa menilai, jasa Soeharto tak akan dilupakan bangsa ini, jika bangsa ini menilai bahwa dia memang benar-benar berjasa, tidakkah bangsa ini akan mengajarkan kepada masyarakatnya, bahwa yang berjasa patut mendapat penghargaan dan yang bersalah patut mendapat hukuman, buktikan dulu, jangan berpolemik dalam ranah wacana!.
maaf ini pendapat singkat saya, karena sempitnya kolom komentar hehehehe….
kalo menurut saya, satu satunya alasan mengapa pak Harto layak untuk dimaafkan adalah… karena beliau bersalah
itu saja.
lantas? proses hukumnya? ya lanjut donk… apa udah dimaafkan berarti proses hukum berhenti? enggak donk…
hukum karma kah?
btw sampe skr saya kok masih bertanya2 dan curiga ya,
1. knp pada saat pembunuhan jendral2 AD oleh PKI, pak Harto yg waktu itu Pangkostrad (orang no.2 di AD) gak jadi target.
2. pak Harto dg mudah dan gampang (dlm waktu 2 hari) berhasil ‘menumpas’ PKI.
knp?knp?knp?
Aku setuju dengan Chika. Bukan ikut-ikutan sih. Biarlah Tuhan yang menghakimi orang-orang yang bersalah. Tapi, kalau dibiarkan rasa-rasanya kejahatan di dunia ini bisa bertambah banyak π
Aiya…
Hukum dan kebenaran harus ditegakkan.
Jangan lupa menyaksikan siaran langsungnya ya, pak.
sepaham, paman..
kasusnya harus tetap diselesaikan..
Setuju juga bahwa kesalahan bapak yang satu ini memang hanya Tuhan yang bisa menghakimi, karena kalo menurut saya kesalahan bapak ini sudah sebegitu besarnya sehingga tidak ada bentuk hukuman yang sesuai (subyektif pendapat saya lho)
Namun demikian, proses pengadilan yang benar tetaplah harus dilaksanakan untuk membuka semua fakta sejarah yang melingkupi masa pemerintahan beliau mulai dari awal sampai akhir. Dan dengan demikian kita sebagai sebuah bangsa dapat belajar dari sejarah tersebut. Sekaligus membersihkan nama orang-orang yang menjadi korban di masa tersebut (para eks. tapol salah satunya, gila kalo di ktp mereka masih ditandai sampe anak cucu dan orang yang memerintahkan hal ini tidak memberika klarifikasi mau sampe kapan negara ini mendiskriminasi mereka)
sekali lagi :
Those who cannot remember the past are condemned to repeat it.
(Santayana)
Shinte Galeshka
dalam pemerintahaan suharto, kita dibuai pembanggunan, sementara agen-agen CIA bersembunyi di balik ketiak.MENGGEROGOTI INDONESIA. SEBAIKNYA KITA KEMBALI KE AL QUR’AN DAN SUNNAH. MERUNUT KE SYARIAH.
WALLAHALAM, SEMOGA SUHARTO DIAMPUNI DOSANYA……
DEMOKRASI PRODUK AMERIKA DAN YAHUDI BERTOLAK BELAKANG DENGAN SYARIAT ISLAM. YANG MANA INDONESIA MAYORITAS MUSLIM.
kasus soeharto seharusnya diselasaikan secara hukum,, dengan seadil adilnya… agar tidak bertentangan dengan peraturan hukum yang ada di indonesia.. ini demi tercapainya keadilan hukum, sesuai dengan pancasila
Yg lalu biarlah berlalu, kita sebagai insan bangsa. Harus belajar dari pengalmn bangsa ini. Tdk ada yg patut disalahkan dan menyalahkan, yg pentng kita harus memaafkan ke dua Tokoh Besar Bangsa Tersbt. Karna Manusia pda dasarnya tak lepas dari sifat khilap dan salah…
nah orang2 yg kaya gini ni(paman jaka) yg bkn indonsia kerdil, dimaafka saja, khilaf aja g da proses g da papa, pokoknya khilaf ja’, negarane mbahe x, asal2an maav proses donk dan hrs ada titik temu itu baru belajar, blegoog sia,,!!
Ironi memang, ibarat setitik nila dapat merusak susu seember kali ya……….
wew..
baru tau gw soal nih…
kasian pahlawan kita yang satu ini..
hidup soekarno…
satttujjuhh .. ..!
saya masih bloem mengerti dengan mslh yg terjadi di orde daru itu,bnyk sekali kebohomgan dan rekayasa,oke kita memank harus bnyk belajar dari sejarah,namun bnyk generasi yg melupakan sejarah,kita harus bgaimana…?????
saya sendiri yg menjadi generasi merasa bhwa saya sudah jauh meninggalkan sejarah namun,itu bkn kemauan saya,tp bnyk godaan2 yg membwt saya melpkan sejarah,
apa yg harus kami lakukan sebagai generasi untuk melawan godaan2 tersebut………?????????
Menurut saya, berdasarkan fakta-fakta yang terterah dalam media pinlik, mengatakan Pak SOEHARTO menuru Dr. Memberi obat yang berdosis tinggi kepada Pak SOEKARNO, tapi apakah itu bener dan tidak kita tidak tahu persis sebab semua itu terjadi kita belu memikir secara luas artiny masih kecil. Ternyata di ujung akir Pak Soerharto semua rahasia membonkar akirnya Tomi Soeharto menangun apa yang telah di buat oleh Pabaknya dan ia tidur di hotel mewa alias penjarah. jadi semua nunjukan bahwa ada sedikit kesalahan yang dibuat oleh beliau terhadap beliau yang lain.