- masih sambungan
- tidak terlalu memusingkan
Chapter 3 : Self/Existence
Apa jawaban anda kalau ada yang bertanya seperti ini :
What are You ?
😆
Banyak yang mengatakan bahwa manusia berbeda dengan binatang. Apa perbedaannya, mungkin bisa digambarkan sedikit disini.
- Akal budi. Yup, ukuran pertama yang sering dikatakan orang adalah bahwa manusia mempunyai akal sementara binatang dikatakan tidak mempunyai akal. Lebih tepatnya lagi, manusia bisa berpikir sementara binatang tidak.
Tapi sekedar info, kalau ada yang mau mengukur inteligensi anjing kesayangannya, silakan kunjungi beberapa situs yang menyediakan hal itu misalnya [disini] dan [disitu]
- Pilihan. Banyak juga yang mengatakan kalau manusia bisa memilih dalam hidupnya sementara binatang tidak memiliki itu. Secara minimal, binatang setidaknya memiliki kemampuan menentukan pilihan. Misalnya ketika dia memilih pasangan untuk kawin, atau memilih untuk berimigrasi ke habitat lain yang lebih menunjang kehidupannya.
- Cinta. Ooops…. 🙂 Ada juga yang mengatakan kalau binatang tidak memiliki cinta, sementara manusia memilikinya. Tapi naluri mengasuh bayi adalah bukti cinta dalam pengertian cinta yang lain. Sama seperti ibu yang merawat anaknya, binatang juga memiliki kemampuan itu.
- Sadar akan dirinya sendiri. Yang saya maksud adalah self-awareness. Untuk tidak menambah panjang, saya tidak membahas apa itu self-consciousness, self-model, self-perception, atau yang lain. Saya hanya sedikit membahas self-awareness.
Self-awareness dalam berbagai pengertian filsafat dan psikologi memang bermacam-macam. Tetapi, satu definisi umum yang banyak dianut adalah : self-awareness adalah suatu kesadaran bahwa diri [seseorang/sesuatu] itu ADA, terpisah dari lingkungan sekitarnya, menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungan sekitar, dan menggunakan kapasitas pikirannya untuk hal itu.
Dalam bentuk yang paling primitif, self-awarenes biasanya ada pada binatang. Level tertinggi self-awareness pada binatang dapat dilihat pada simpanse dan lumba-lumba. Ini bisa dilihat pada jurnal-jurnal yang membahas Comparative-Psychology, misalnya Jurnal Nature, khususnya tema animal intelligence dan animal awareness. Topik ini memang masih banyak perdebatan, tapi dalam bentuk yang lebih sederhana, binatang [khususnya simpanse dan lumba-lumba] ternyata memiliki kesadaran akan dirinya sendiri.
Lalu apa yang membedakan manusia dan binatang ?
Jangan katakan kalau manusia percaya pada Tuhan sementara binatang tidak. Jangan katakan kalau manusia punya agama sementara binatang tidak. Jangan juga katakan manusia punya moral sementara binatang tidak. Masalahnya, nanti ada yang mengatakan manusia adalah binatang yang berpikir, ber-Tuhan, beragama, dan bermoral.
Itu memang relevan tapi tidak fundamental. Sekarang saya ingin menjadi seorang fundamentalis. 🙂
Yang fundamental dan mendasar adalah apa yang membuat manusia menjadi manusia (human being) sementara binatang tidak pernah menjadi binatang (animal being). Binatang dan Manusia memang berbeda, tapi perbedaan utama terletak pada kata “BEING” tersebut. Apa ya terjemahan bahasa Indonesia yang enak ?
….to be continued….
cat :
Sepertinya nggak jadi 6 Bagian. Mungkin bisa 7 atau 8 bagian, karena bagian terakhir ini sangat panjang. Semoga bisa diperpendek. 🙂
yang bedain akal bukan antara manusia dan hewan..hihihi
Sepertinya memang lebih banyak kesamaannya ya…
eh… insting, naluri, mempertahankan diri, memangsa… juga ada pada manusia
* 😦 *
Sepertinya memang lebih banyak kesamaannya ya…
eh… insting, naluri, mempertahankan diri, memangsa… juga ada pada manusia
* 😦 *
hehehe. Maaf nih ya, Bang Fertob. Bagiku manusia kejam tidak lebih dari hewan yang sedang berpolitik.
maaf ya bro dari seri 1 ampe yang ke 5 ini aku belum bisa ngasih komen apa-apa, aku pengen kelar baca dan memahami semua-nya dulu 😛
*ngetes intelejensi sang anjing*
manusia hanya kesempurnaan bentuk fisik dari binatang, selebihnya? sama buasnya
Lanjutin aja bang *masih menyimak*
ya elah njelimet njelimet ujung ujungnya relativitas moral anda mau lari kemana ujung ujungnya relativitas moral mau mbulet mau nungging mau tengkurep tetap aja relativitas moral silahkan mau dibahas dari berbagai macam sudut sampai jontor tapi itu tidak akan mengubah realitas pikiran manusia.
Menurut saya, manusia adalah bentuk paling kompleks dari makhluk hidup (fauna khususnya). Biarpun lebih kompleks, tetap saja sama dengan binatang.
Sepertinya kapasitas otak dari spesies manusia lebih besar dan lebih cepat berkembang sehingga lebih mudah beradaptasi dan akhirnya mengembangkan kemampuan hewani-nya menuju taraf manusia sekarang.
**maaf saya sok tau**
Kesimpulan saya: manusia = (spesies) binatang (yg paling kompleks dgn kemampuan adaptasi terbaik)
*halah*