- tentang deskripsi diri
- rencananya mau dibikin 2 subjudul tapi kepanjangan
- agak rumit
[background]
- Silver : The Best of the Box – Nirvana
- Freecell Game – 27 current winning streaks
Descartes : Nabi Sesat Blogger*
Kalau anda jalan-jalan (blogwalking) ke beberapa blog, baik itu di WordPress atau dimana saja, saya rasa anda mungkin penasaran untuk mengetahui siapa orang dibalik suatu blog. Biasanya ini adalah awal dari perkenalan dan hubungan lebih lanjut. Nah, halaman yang biasanya dikunjungi adalah halaman About – Siapa Saya – Who Am I – Tentang – Myself atau nama yang lain yang memberikan gambaran tentang si blogger.
Dari beberapa kali blogwalking ke beberapa blog, saya melihat banyak sekali blogger yang mendeskripsikan dirinya dengan cara yang unik. Misalnya adalah salah satu “hero” wordpress yang menggambarkan dirinya dengan sangat spesifik dan amat sangat narsis.
Tapi dari beberapa blog, saya melihat banyak blogger yang mendeskripsikan dirinya menggunakan suatu istilah yang pernah dipopulerkan oleh salah satu filsuf skeptik abad pertengahan, yaitu Descartes. Banyak blogger yang pada awal deskripsi diri selalu menggunakan kata-kata :
Aku berpikir maka aku ada
(cogito, ergo sum)
Atau dengan derivatnya, turunannya, sempalannya, atau dengan kalimat lain yang bermakna sama/mirip dengan jargon kuno Descartes tersebut.
Mengapa suka mendeskripsikan diri sendiri menggunakan kalimat ampuh yang bernada pemujaan rasio dari seorang pemikir yang skeptis seperti Descartes ? Mungkin saja, ini masih mungkin, bahwa sepertinya lebih asik dan gaul kalau menyatakan eksistensi diri lewat pikiran dan proses berpikir.
Padahal ada beberapa catatan saya, berdasarkan analisis pribadi, terhadap kalimat saktinya Descartes tersebut. Dan ini adalah beberapa diantaranya :
- Saya adalah penganut eksistensialis dan fenomenologis dalam ranah pemikiran filsafat. Sehingga kalimat sakti Descartes itu adalah suatu pernyataan eksistensi diri (ergo sum) yang hanya [dan hanya bisa] ditampilkan lewat suatu [proses] berpikir (ergo cogito). Dengan kata lain esksistensi diri hanya bisa dilihat lewat apa yang dipikirkan, dan tidak bisa lewat hal lain.
Untuk hal ini, saya akan memprotes dengan keras. Silakan tanya Qzink untuk jelasnya. 😆
- “Aku berpikir” maka “Aku Ada”. Ada 3 hal disitu yaitu (1) Aku; (2) Berpikir; dan (3) Ada. Jika dicermati maka penentuan “aku” dan “keakuan” serta “ada” dan “keberadaan” semuanya hanya bisa dilakukan dengan cara “berpikir” dan “pikiran“.
Intinya begini, “aku dan keberadaan aku” adalah proses/hasil/tujuan dari pemikiran dan proses berpikir. Pemikiranlah yang menentukan siapa diri sendiri. Istilah lainnya, proses berpikir yang sering dinamakan rasio, akal, logika, dan nalar patut dipuja dan disembah karena disitulah letak seluruh hidup dan keberadaan seseorang. Getit ? 😉
Juga dengan implikasi lain : apapun yang memiliki kategori “berpikir” maka dia “ada” (exist). Btw, saya jadi bertanya, apakah saya exist karena saya sering melakukan sesuatu “tanpa berpikir” ? 😆 Atau kata teman: labrak dulu, mikir belakangan.
- Banyak yang kurang tahu bahwa kalimat sakti Descartes bukanlah diucapkan untuk mengungkapkan eksistensi diri (seperti konsep Sartre, dkk). Kalimat itu adalah hasil dari pemikiran Descartes yang menolak segala macam ide yang bisa diragukan (skepticism). Descartes adalah seorang peragu (skeptic) dan menurutnya segala sesuatu haruslah diukur dengan suatu keraguan. Everything can be doubted.
Singkat kata singkat cerita, sampailah dia pada suatu kesimpulan bahwa “pikiran itu eksis”. Segala sesuatu bisa diragukan, tetapi “berpikir” dan “aku yang berpikir” adalah batas terakhir dari keraguan itu. Berpikir tidak bisa dilepaskan dari orangnya, oleh karena itu “aku yang berpikir” tidaklah bisa diragukan. Disitulah letak ergo sum (aku ada).
Lengkapnya adalah : “Dubito, ergo cogito, ergo sum“. Atau sering diterjemahkan menjadi “Aku ragu, maka aku berpikir, maka aku ada“.
- Kalimat itu mempunyai banyak pengaruh. Salah satunya adalah akal dan rasio dipuja melebihi segalanya. Rasional-positivis Cartesian menjadi ukuran segala sesuatu dan segal sesuatu diukur dengan rasio Cartesian.
Akhirnya orang lupa bahwa ada nuansa lain dari manusia diluar rasio. Misalnya rasa yang sempat dilontarkan Sora [disini]. Atau nafsu dan hasrat yang pernah ditulis deKing [disini]. Atau tentang spiritualitas yang pernah dibahas Suhu Dana.
Jadi intinya, saya hanya punya pesan kalau mendeskripsikan diri janganlah menggunakan kalimat Descartes tersebut. Tidak apa-apa sebenarnya, tetapi keseluruhan diri tidak hanya bisa dikenali hanya lewat apa yang dipikirkan belaka karena begitu banyak hal-hal diluar diri yang tidak menyangkut pemikiran dan berpikir.
Descartes itu adalah salah satu Nabi Sesat di WordPress. Masih banyak Nabi-nabi Sesat WordPress yang lain. 😆 Dia adalah pemuja akal dan rasio dan menyatakan bahwa keseluruhan diri seseorang hanya dan hanya bisa dilihat pada apa yang dipikirkan. Waspadalah dan janganlah jatuh dalam tipu muslihatnya. *satir*
Mau contoh deskripsi diri yang bagus ? Lihatlah [ini]
*tertawa najis karena narsis* 😆
* bagi yang suka pake deskripsi Descartes tentang diri.
#3. karena ragu maka dia mulai berpikir, mungkin karena dia tidak menemukan alasan yang tepat untuk melihat maksud keberadaan nya di dunia ini, maka alternatif yang di gunakan adalah pikiran. Lantas apa jadi nya dia kalau pikirannya semakin membuat dia ragu? akankah dia berhenti berpikir? kalau iya, berarti dia tak pernah ada he he 🙂
saya adalah orang yang menilai seseorang dari cara mereka berpikir, berjalan, bahan bacaan mereka, dan hasil kerja mereka.
jarang jarang bisa pertamax di blog seleb he he
salam kenal lagi mas
*kesummon karena di-link* 😛
Hmm, kalo saya (pribadi) sih cenderung beranggapan bahwasanya manusia itu bukannya all-thinker. Jadinya, setuju sama yang dijelaskan di post di atas. Akal/pikiran memang membuat manusia menjadi “unik”… tapi bukan berarti cuma itu yang membentuk seorang “manusia”. 🙂
“Cinta” 😎
(x% akal) + (y% rasa) + (z% nafsu) tuh. 😆
waaaaaaaaaaaahh…. saya sih mendiskripsikan kata kata descartes gak se”permukaan” itu….
btw… mas fertob emang narcis…. kalau ditilik dari kalimat terakhir…
saya berkomentar, karena itu saya ada 😆
*tambah ngawur lagi*
tapi maksud kalimat saya di atas adalah, dengan berkomentar
walaupun asal dan ngawurorang akan sadar kalau saya ini adaaku tidak menyertakan deskripsiku secara panjang-lebar pada blog. mungkin suatu saat. saat ini aku masih berada dalam kondisi di mana aku merasa bahwa … biarkanlah para pembaca semakin tahu bagaimana diriku seiring dengan semakin banyaknya mereka membaca isi blogku X)
ngomong2 aku belum mengerti bagaimana bisa descartes dinobatkan sebagai nabi besar wordpress … hehehe
Dooh, kapabilitas saya belum cukup kali, bang, buat tempat bertanya.. 😆
eh, ucapan Descartes itu keknya malah lebih ringan kalo di balik menjadi, “Aku ada, maka dari itu aku berpikir.” 😀
hehehe…. jangan-jangan hampir semua folosof menyesatkan, lantaran pertanyaan sederhananya sulit dijawab, setidaknya bagi mereka yang males bepikir
deskripsi yang anda buat biasa aja koq 😉
deskripsi tentang saya bisa dilihat disini. bisa kebaca gak kira-kira saya kayak gimana? 🙄
kamu mengaburkan yang sudah jelas !!!
*melancarkan kutukan sakti*
Ternyata tidak mudah untuk mendeskripsikan diri sendiri, kekuatan dan kelemahan kita sendiri. Hal ini akan dijumpai pada ruang-ruang wawancara untuk rekruitment…tapi kalau ada orang yang mendiskripsikan diri dengan pede, yang nantinya tak seimbang dengan jawaban-jawaban saat ditanya balik…akan lebih menggelikan.
Justru itulah sulitnya, sama seperti saya sudah berniat mengganti tema, dan bingung sendiri…karena inginnya tema tsb menggambarkan karakter saya serta jenis/macam tulisan yang ada dan akan ada. Ternyata tak mudah, dan malah saya biarkan sendiri…dan sampai saat ini tak diutak atik.
Kalau saya datang ke ruang praktek psikolog dan diskusi dari hati ke hati…rasanya begitu banyak ketololan yang telah saya buat, yang semoga saja tak membuat orang yang saya sayangi (suami dan anak-anak) ikut menjadi kacau.
do you know any information about this subject in other languages?
isi blogs anda sih biasa aja ya…….tp setidaknya lumayan buat tambahan pengetahuan…………..he he he he
Thank’s 4 all
gua jadi bingung neh, dr kebanyakan blogs yang pernah gua baca semua mengarah kepada kehidupan, bingung mesti turutin yang mana……:-??
tp pernah saya baca satu blogs yang tittle na : “Jadilah Dirimu Sendiri”………..setelah dipikir-pikir seh emang bener, jadi diri sendiri itu lebih baik timbang menjadi diri dengan identitas orang lain……………….
Repot kan broooooooooooooooooooooo?
😀
Entah pernah mbaca di mana:
Aku berpikir, maka Descartes ada.
so…?
manusia hidup untuk berfikir, dan manusia berfikir untuk hidup… dua kata yang saling berkaitan “berfikir” dan “hidup”. jadi pointer aku berfikir maka aku ada adalah bahwa dengan berfikir dia akan merasa hidup (ada) dengan berfikir pula dia bisa menghidupi… piss
Sebenarnya yang dimaksud dengan aku berpikir maka aku ada adalah, karena aku berpikir maka aku menyadari keberadaanku di dunia. Bukan semata-mata apa yang dipikirkan yang membuatnya menjadi ada. Ini persoalan eksistensi, dimana karena manusia memiliki kemampuan untuk menggunakan logika berpikirnya, maka dia sadar bahwa dirinya berada di semesta ini. Lain halya dengan binatang, mereka tidak pernah sadar akan keberadaanya di semesta ini, karena mereka memang tidak diwarisi kemapuan untuk berpikir. Jadi ungkapan, aku perpikir maka aku ada, ada titid dasar eksistensi makluk berpikir yang bernama manusia dalam keberadaanya pada semesta raya ini. selanjutnya dari kesadaraan akan eksistensi tersbutlah manusia tergeralk untuk memikirkan hal yang lebih kompleks pun berperiaku yang yang juga lebih kompleks untuk memaknai eksistensinya pada semesta ini. Wasalam
kasian sekali ternyata Anda DangkaL”
-_-”
salam kenal