- lagi-lagi sebuah catatan keisengan
- bagi seluruh pencinta Liverpool di alam semesta
- yang lain juga diundang
- dan bagi pencinta dan pembenci agama. 😆
Lupakan dulu tentang kekerasan berdarah yang terjadi beberapa hari yang lalu di Monas. Lupakan tentang polemik yang menyertainya. Lupakan juga berbagai tuntutan dan alasan serta hukuman yang menjadi ekor dari peristiwa itu. Juga, kalau bisa, lupakan sejenak kenaikan harga BBM yang cukup memusingkan. 😦
Kita bicara hal yang lain.
Saya menuliskan tulisan ini karena dipicu oleh 2 peristiwa penting yang terjadi di ranah sepakbola, olahraga yang mempunyai penggemar terbanyak di seluruh muka bumi ini.
Untuk hal yang pertama, saya tidak mendukung klub manapun juga. Saya hanya bisa menikmati sebuah pertandingan final yang menegangkan dan penuh dengan kejutan serta keajaiban. 🙂 Saya bukan pendukung MU dan Chelsea tetapi saya pendukung Liverpool. Bersama dengan barisan bloger The Reds lainnya yang bertebaran di blogsphere, seperti Chika, Amed, Siwi, Joe, Alex, Thamrin, Titov, dan lain-lain.
Bagi saya, Liverpool adalah darahku, jantungku, hidupku, dan lengkapi diriku (Andra & The Backbone mode). Sejak 1986 saya menyukai Liverpool, justru ketika mereka dijatuhi hukuman akibat Tragedi Heysel yang berdarah itu. Padahal generasi Liverpool 1980-an adalah salah satu generasi terhebat yang pernah ada, menyaingi generasi 1970-an. Jadi sudah sangat jelas kalau saya adalah pencinta Liverpool.
Selain Liverpool, klub lain yang saya sukai adalah AC Milan dan Persipura Jayapura. 🙂 Makanya saya cukup bingung berpihak pada siapa ketika Liverpool bertemu AC Milan pada Final Liga Champion 2005 dan 2007. Untung saja Liverpool dan AC Milan tidak pernah berjumpa dengan Persipura. Repot jadinya, kan ? 😆
Untuk hal yang kedua, Final Piala Eropa 2008 di Swiss-Austria, saya menjagokan Spanyol. Sejak lama saya menyukai timnas sepakbola Spanyol. Tetapi sayang mereka jarang sekali berprestasi. Mereka pertama kali dan terakhir juara di ajang turnamen Eropa dan dunia adalah pada tahun 1964 ketika menjuarai Piala Eropa 1964. Dan setelah itu, Spanyol hanya menjadi tim penggembira saja. 😦
.
.
.
Lalu apa yang saya bicarakan kali ini ?
Sederhana saja. Saya akan bicara tentang kecintaan saya kepada Liverpool dan kemudian dibandingkan dengan Agama. Ternyata mereka berdua punya hubungan yang cukup erat. Setidaknya hubungannya bisa dicari-cari. 🙂
**************
Pasal 1
Saya Mencintai Liverpool
Sepertinya tidak perlu diterangkan lebih lanjut tentang premis ini. Saya, pemilik blog ini adalah seorang pencinta Liverpool sejati. Tidak peduli disaat kalah atau menang. Tidak peduli saat jatuh atau bangkit. Tidak peduli disaat menjadi juara atau pecundang.
Dengan kata lain, Liverpool adalah “hidup mati” saya. Saya mendapatkan kepuasan dengan menyukai Liverpool, meskipun kepuasan itu hanya berwujud kepuasan batin dan bukan materi atau lahiriah. Liverpool bisa dikatakan adalah identitas saya. Liverpool adalah jiwa raga saya. 🙂 Bagi saya, Liverpool adalah sebuah kebenaran subyektif yang tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun juga.
Analogi Pasal 1
Saya Mencintai Agama X
Demikian juga jika dikaitkan dengan kecintaan saya terhadap Agama X. Saya mencintai Agama X karena Agama X adalah salah satu identitas yang saya pakai. Agama X adalah kebenaran subyektif yang saya peroleh dari pergolakan batin dan spiritual saya selama menempuh kehidupan ini.
Kepuasan yang saya dapatkan adalah kepuasan batin. Disitulah letak seluruh pencarian jati diri dan makna kehidupan. Dengan kata lain, saya mencintai Agama X karena memang saya mencintainya (circular reason). 🙂
+++++++++++++++
Pasal 2
Mencintai Liverpool Tidak Berkaitan Dengan Klub Lain
Mencintai Liverpool tidak berhubungan dengan klub-klub sepakbola lainnya. Kedua hal itu adalah hal yang terpisah. Saya mencintai Liverpool bukan karena saya membenci klub lain. Juga bukan karena ketidaksenangan dan ketidaksukaan pada klub-klub lainnya sehingga membutuhkan pelampiasan.
Kecintaan saya kepada Liverpool tidak berkaitan dengan siapa lawan mereka di Final Liga Champion 2007. Atau siapa saingan mereka di pentas Barclay Premier League. Juga tidak berkaitan dengan ucapan-ucapan manager klub lain yang bernada bermusuhan. Atau juga tidak berkaitan dengan siapa musuh abadi mereka.
Saya mencintai Liverpool tidak berkaitan dengan klub-klub lainnya di Liga Inggris, di Liga Eropa, atau di seluruh semesta ini. Saya mencintai Liverpool karena memang saya mencintainya (circular reason, again). *lihat pasal 1*
Analogi Pasal 2
Mecintai Agama X Tidak Berkaitan Dengan Agama Lain
Bagi saya, mencintai Agama X tidak berkepentingan dengan agama-agama lainnya. Kedua hal itu juga adalah sesuatu yang terpisah. Saya mencintai Agama X BUKAN karena saya membenci agama lain. Bukan karena ketidaksukaan terhadap agama-agama lainnya. Juga bukan sebagai pelampiasan.
Kecintaan saya kepada Agama X tidak berkaitan dengan berapa banyak umat yang sudah mereka “bajak” untuk menjadi pemeluknya. Juga tidak berkaitan dengan kekerasan-kekerasan atas nama agama yang dilakukan oleh pemeluknya [dan juga oleh pemeluk agama lain]. Juga tidak berkaitan dengan ucapan-ucapan, semboyan-semboyan, slogan-slogan, forum-forum, bahkan blog-blog yang bernada permusuhan antar umat beragama.
Juga tidak berhubungan dengan sekardus mie instan sebagai sumbangan atas nama agama. Juga tidak berhubungan dengan perang dan konflik atas nama agama. Semua itu bukanlah hal yang membuat saya mencintai Agama X.
Saya mencintai Agama X karena memang saya mencintainya. (three times….) 😆
Pasal 3
Membenci Klub Lain Tidak Menambah Kecintaan Saya Pada Liverpool
Alasan seluruh kecintaan saya pada Liverpool tidak dibangun atas dasar kebencian kepada klub lain. Saya tidak membenci klub lain meskipun mereka mengalahkan Liverpool dengan skor telak 100-0. 🙂 Saya tidak bisa menambah kecintaan saya kepada Liverpool dengan cara membenci klub-klub lain. Bahkan jika mereka mematahkan kaki Fernando Torres, Steven Gerrard, dan Jamie Carragher dalam suatu pertandingan. 😯
Benci dan Cinta adalah dua sisi yang berbeda. Saya tidak bisa menambah kadar yang satu dengan menambah kadar yang lain. Dengan membenci saya tidak menambah cinta, tetapi justru menambah satu kebencian dalam diri saya.
Analogi Pasal 3
Membenci Agama Lain Tidak Menambah Kecintaan Saya Pada Agama X
Alasan seluruh kecintaan saya pada Agama X tidaklah dibangun diatas fondasi kebencian terhadap agama lain. Bukan kebencian terhadap agama lain yang menjadi alasan saya mencintai Agama X. Dan saya tidak bisa menambah kecintaan saya terhadap Agama X dengan membenci agama lainnya.
Membenci agama lain tidak membuat saya semakin beriman, soleh, alim, dan religius. Itu adalah sisi yang berbeda. Cinta dan benci tidak dapat disatukan, dan menambah yang satu bukanlah wujud dan bukti dari yang lain.
+++++++++++++++
Pasal 4
Liverpool adalah Agamaku, Sepakbola adalah tuhanku, serta Maradona & Zidane adalah Nabiku
Liverpool dapat diandaikan seperti agama yang dianut. Tetapi kecintaan yang lebih besar bukanlah pada Liverpool tetapi pada Sepakbola (soccer). Liverpool hampir sama seperti agama bagiku tetapi Sepakbola hampir sama dengan tuhan bagiku. Saya mencintai Liverpool tetapi kecintaan yang lebih besar adalah bagi Sepakbola.
Karena Liverpool adalah Agama bagiku dan sepakbola adalah tuhan, maka Zinedine Zidane dan Diego Maradona adalah Nabi. Merekalah utusan tuhan [sepakbola] untuk menyiarkan ajaran-ajaran dan doktrin-doktrinnya. Mengajarkan teknik bermain sepakbola yang luar biasa bagi para umat jelata pencinta tuhan [sepak bola] di seluruh semesta ini.
Bukan hanya Zidane dan Maradona yang menjadi nabi bagiku. Mereka adalah nabi-nabi besar, sementara banyak juga nabi-nabi kecil lainnya yang mengajarkan banyak hal padaku. Dan sebentar lagi akan ada satu pemain bola yang akan dipromosikan sebagai nabi besar. Tunggu saja tanggal mainnya. 😆
Analogi Pasal 4
Agama X adalah Agamaku, “Tuhan” adalah tuhanku, dan Nabi X adalah Nabiku
Masih perlu penjelasan lebih lanjut ?
**************
Demikianlah “pengakuan iman” yang saya buat dengan jujur, ikhlas dan setulus hati.
Pendek saja, silakan membuat “pengakuan iman” sendiri. Anda bisa menghubungkannya dengan apa saja. Bisa dengan group musik, manga & anime, film, dan apa saja.
Dan bagi yang mencintai [tuhan] sepakbola, selamat menikmati Piala Eropa Juni 2008. Dan semoga tim kesayangan anda yang menjadi juara. Dan semoga anda tidak memasang taruhan atau berjudi. Dan semoga tidur anda nyenyak di malam hari.
ps :
- Maaf untuk pencinta MU dan Chelsea, judul diatas memang disengaja agar bombastis. sebenarnya saya tidak membenci MU dan Chelsea. 😆
- Agama dalam pengertian diatas bisa diganti dengan apa saja. Bisa dengan kepercayaan, keyakinan, keimanan, atau yang lainnya.
Perasaan analogi sepakbola-agama ini udah beberapa kali saya singgung di blognya Geddoe, deh. Hmmm. 😕
*ditimpuk* ^^;
Ah, tapi bagaimanapun…
“Matters of
religionfootball club should never be matters of controversy. We neither argue with a lover about his taste, nor condemn him, if we are just, for knowing so human a passion.” ~ George SantayanaWups, kelupaan emoticonnya;
Menyukai tim sepakbola seperti ini memang seringkali tidak terlalu rasional. Tidak seperti penduduk Italia yang mendukung Italia di Euro 2008, seringkali tidak ada alasan yang memuaskan, kenapa menyukai satu tim tertentu. “Karena permainan yang bagus” terkadang terlalu subyektif. Lama-lama, tim sepakbola menjadi identitas. Ketika tim sepakbola diserang, identitas pribadi ikut terserang.
Agama pun, seperti itu…
eh.. Agamanya liverpool kok nabinya maradona sama zidane. mereka kan nabi agama sebelah :D:D
btw.. saya pendukung chelsea
forza intermilan!!!!
tapi yang terjadi sekarang either you with us or against us.
dan saya tetap mencintai agama saya, walaupun banyak saya sudah tahu sisi gelapnya. karena saya mencintainya. cinta buta ya
huahahahahaa…saya cinta liverpool karena ada gerrard… 😆
*disorakin massa*
awalnya, saya memilih menyukai Liverpool bukan karena saya suka, melainkan saya sangat benci sama MU! 👿
tapi lama lama, saya menemukan alasan yang membuat saya merasa, Liverpool ini memang layak saya cintai
seperti itu pula agama X yang saya anut saat ini (halo Om Fertob, nanti ibadahnya bareng yaaa…kan sama sama X nya 😳 )
dulu juga saya memilih agama X ini bukan karena saya suka dengan agama X ini, melainkan ada ketidaknyamanan dengan agama yang lain, ketika dikolaborasikan dengan saya
tapi lama lama, saya menemukan kenyamanan dan itulah alasan yang membuat saya merasa, saya memang layak mencintai agama X ini…
*maksa banget*
Maap, sok teu.
Bukannya da luwar negri sana Bal-balan memang merupakeun New Religion ???
***mari meng agamakan sepak bola, dan “menyepak” agama…***
😆
Kok mirip postingan saya yang ini ya idenya?
*ngaku ngaku*
Hayah? Kok sama? 😯
Saya menyukai Milan itu sejak eranya trio van Basten dulu. Masih SD sangat
Itu juga Persipura. Waduh… masa jaya-jayanya PSSI kayanya dulu Persipura identik dengan PSSI deh. Terdengar hiperbola memang, tapi saya mbandingin sama Persiraja di Aceh – dengan angkatan Marzuki Nyak Mad saat itu – Persipura lebih nonjol.
Jadi ingat, sampe-sampe ada lagu Persipura dari Black Brothers. Band lawas kesukaan dari Papua itu 😛
dewa saya tetap roberto baggio, bang 😀
cinta ini,
kadang2 tak ada logika…ka..ka..ka…
Eh iya… perbandingan agama dengan sepak bola ngena itu 😛
Ya. Liverpool ndak akan jadi lebih baik jika saya mencarut-maruti MU andai Gerrard mesti meringis kesakitan karena
si Alex Curran saya rebutdijegal sama Ronaldo, misalnya.Maka
agamaklub saya juga ndak akan jadi lebih baik karena segerombolanfanatikus butahooligan-nya menghajarumatsupporteragamaklub lain seperti beberapa waktu yang lalu@ Sora9n :
Dan tak akan habis-habisnya terus dibahas. 😉 Resiko dari “dua aliran besar” yang mempunyai banyak penganut di muka bumi ini, dan dipuja serta dikultuskan melebihi kemampuan manusia untuk memujanya. Bahkan banyak pemikiran-pemikiran filsafat yang menganalogikan pemikirannya dengan sepakbola. Selalu asik untuk membuat sepakbola sebagai sebuah “landasan berpikir” kita khususnya kalau dikembangkan pada hal-hal lain.
Sepakbola memang menakjubkan. Agama juga begitu. 😆
@ Geddoe :
Biasanya seseorang mendukung suatu tim/klub sepakbola itu adalah karena keterikatan daerah, region, tempat, atau sukubangsa/kewarganegaraan. Itu hal yang paling umum. Jadi alasan “rasional” yang dibangun untuk mendukung suatu klub selalu bersandar pada kenyataan diatas.
Tapi, kalau berhubungan dengan orang lain yang tidak mempunyai keterikatan apa-apa dengan suatu klub/tim, maka mungkin yang terjadi adalah proses mengidentifikasi diri. Alasan “mengidentifikasikan diri‘ inilah yang kebanyakan dianut oleh seseorang jika tidak punya keterikatan yang “lebih mungkin” dengan suatu klub/tim
Yeah, bahkan soal selera katanya nggak bisa diperdebatkan. 😉
@ funkshit :
Disini bedanya dengan penalaran dlm agama. 😆 Agamanya bisa satu, tapi nabinya bisa kemana-mana tergantung seberapa bagus seorang nabi sepakbola mengajarkan banyak hal pada pengikutnya. Agama cuma jadi cantolan saja. 🙄
Dan masih banyak kok nabi-nabi kecil lainnya.
@ Ira :
Inter Milan masih diterima kok disini, tapi tidak dengan Materazzi.
Selalu ada “alasan rasional” kenapa kita mencintai sebuah agama. Bahkan yang tidak rasional [dlm pandangan orang lain] bisa menjadi rasional dalam pandangan pribadi. Itu mungkin yang dinamakan selera.
Apa cinta buta seperti itu ? Nggak tahu, masalahnya belum pernah mengalaminya. 😉 Kalau cinta monyet pernah dulu
alias hilang cintanya tinggal monyetnya.@ Chika :
Ah, dan Gerrard jadi alasan yang rasional kan Chik ? Meskipun hanya soal rasa. 😉
@ Siwi :
Betul. Awalnya saya juga suka Liverpool karena mereka dihukum gara-gara peristiwa Heysel. Maklumlah, dari kecil saya nggak suka kalau lihat ada yang tertindas. 😛 Tapi lama-lama jadi berubah. Menyukai Liverpool bukan lagi sekedar pelampiasan dari rasa tidak suka, tetapi jadi sebuah kenyamanan batin.
Eh, bisa saja saya X1, X2, dan seterusnya. Siwi mungkin X3, X4, atau yang lain. Kan katanya nggak boleh beda meskipun cuma beda penafsiran ? 😆
*satir*
@ Mbel :
Dari beberapa tulisan memang sepertinya begitu. Tapi itu lebih sering dijadikan perbandingan saja, mas.
Hwakakakakak…. dan kalau Sepakbola sudah menjadi “agama” maka halal hukumnya untuk disepak. Kan yang namanya agama harus “disepak”. 😆
@ alex :
Sama Lex. Saya suka AC Milan setelah Piala Eropa 1988 setelah trio AC Milan membawa Belanda juara Piala Eropa. Sekitar tahun 1988-1989. Tapi sudah SMP disitu. 😆
Uh, Persipura angkatan Johannes Kapissa, Thomas Auri, dll itu benar-benar menggentarkan lawan. 😛 Dan mereka pernah jadi juara perserikatan. Tapi setelah itu butuh waktu lama untuk berjaya kembali ke generasi Eduard Ivakdalam dan Boaz Solossa.
Eh iya, Marzuki Nyak Mad itu pemain timnas yang cukup kukenal. Waktu Asian Games 1986 dia bermain di timnas Indonesia dan lumayan bagus. Satu lagi yang kukenal Ponirin Meka, dari PSMS kah ? 😕
@ Joe :
Memang meskipun agamanya sama tapi nabinya bisa siapa saja. 😛 Kalau di Italia, nabi yang paling besar menurut saya itu Paolo Maldini.
Dan kadang-kadang logika nggak dipakai SAMA SEKALI. 😛
@ alex(2) :
Amen, my brother. 🙂 Meskipun Gerrard dan Torres dipatahkan kakinya, maksimal yang bisa saya maki hanya pemain yang mematahkan kaki mereka. Pemain itu bukan nabi sepakbola asli, dia adalah nabi palsu yang menyamar jadi pemain sepakbola dan merusak keindahan sepakbola. 😐
Dan Liverpool tetap sama di hati.
Soal agama juga begitu. Mau jungkir balik seperti apa tidak ada yang berubah kalau soal kecintaan. Mau berkelahi atau hanya sekedar sumpah serapah, agama kita nggak akan lebih baik karena itu.
salam
@itik kecil: yang menjadi sisi gelap bukan dari sisi ajarannya/agamanya tapi personal yang tak kaffah menjalankan ajaran agamanya kalau ibaratnya segolongan umat beragama geblek semua bukan agamanya yang salah kan, tapi pribadi pemeluknya *Sok detail gw, maaf klo ini ternyata menggarami air laut* 🙂
Tak punya jagoan, karena memang ga maniak banget bola. sebatas suka aja, klo sempet and gy mood ya hayu lah nonton 🙂
Kalau dipikir – pikir, hanya analogi sepakbola yang bisa disandingkan dengan kecintaan sama agama. Kalau mengibaratkan dengan American Football itu harus sama orang Amerika. 😕
Kenapa tidak mencoba pengandaian dengan contoh para Slankers ? 😀
Kalo saya Barca mania de las kampeon, makanya saya benci ma Madrid. Ga papa lah nyebar kebencian, kan cuma diikit-dikit..
Jadi kalau cinta mati dengan suatu klub bola, ibaratnya kayak cinta mati agama X ya…
Tapi bagi pencinta bola memang seperti itu, bahkan bagi orang kayak saya, yang kecintaannya terhadap bola termasuk biasa, kadang mengherankan….tapi yang penting jangan sampai depresi jika klub yang dijago kalah.
Kalau Mas benci MU, saya kebalikan nya Mas, tapi tidak sampai stadium mencintai MU seperti aku mencintai surga (apa surga benar-benar ada yaa??)
Mau Liverpool, arsenal, chelski, MU, Tottenham, atau bahkan Wigan sekalipun, kalau ternyata Timnas Inggris gagal masuk
surgapiala eropa 2008, apa berarti semuaagamaklub itu tidak becus??hahahaha…
analoginya bener2 masuk
survey membuktikan bahwa rata2 Liverpudlian adalah juga seorang Milanisti (pernah denger) dan kebetulan saya juga suka Milan (selain Liverpool) sejak era Van Basten (sebelum saya suka Liverpool.
jadi tahun 80an akhir sampek 94 saya masih “beragama” milan, dan sejak 94 sampek sekarang, saya “pindah agama” atau tepatnya selingkuh ke Anfield, dengan menyuporteri Liverpool 😀
masalah benci dan cinta, saya jelas (sangat) benci mu, secara
pemain2nya belaguterlalu rakus juwara liga enggris sejak era premier league, dan juga chelshut sejak ditake over sama si tukang minyak russia, dan ditukangi si besar mulut morinho.*btw, ada front pembela Liverpool nggak sih?* 😕
Hohoho!!
You never walk alone!
Saya suka liverpool sejak duet fowler – owen.
Tapi nabi saya, the one and only, flying dutchman that hate flying, the magnificent, high quality goal, the god of great goal… Dennis Bergkamp!!!
Ini baru namanya Front Pembela Liverpool (FPL) sejati, tulen, dan gilaaa..!! Saya ngebayangin “ibadahnya” Mas Fertobh pasti sempat terganggu oleh hak siar Astro…he…he…..he….
Saya setuju, kini kita enjoy EURO CUP aja dulu, melupakan “pertempuran” dibawah naungan Monas atau Timnas yang sedang mimpi-mimpi go international (beresin aja dulu soal pengurusnya PSSI 🙂 )
Saya dukung Jerman (karena kantor) dan Spanyol (karena ada empat pemain Liverpool) 🙂
Milan, Liverpool, Persipura… 😀 (itu sudah..)
Analoginya keren..
Siapa nabi baru itu bang??? -penasaran-
keren… logika yang dan rasionalisasi yang bagus
Bang salam kenal ya..
hidup PORTUGAL, hidup JERMAN!!
aku bingung sendiri harus dukung mana..
mending nonton EURO 2008 seraya berdoa agar tuan rumah gag kalah dgn memalukan di event Euro kali ini!!
loh??!!
saya juga liverpludian mas,,,
ayo liverpool, you’ll never walk alone
analogi yang aneh tapi pas. 😀
What?! Anda bukan pendukung MU?? Berarti Anda kafir™!!
Sepakbola yang bener itu ya MU, yang lain itu salah semua!! Nabi yang bener itu ya cuma Eric Cantona, ga ada lagi!! Kalau ada yang mengaku Nabi, itu berarti murtad!!
*ngacungin pentungan
Baidewai, what a brilliant analogy..
Menurut saya JERMAN akan jadi juara EURO 2008 bang 🙂
@ nenyok :
padahal sepakbola itu kata orang “membingungkan”. bayangkan, 1 bola dikejar-kejar sama 22 orang. apa nggak “gila” tuh ? 😆
@ DeBe :
Selain bola, yang banyak penggemarnya juga musik. Itu mungkin lebih asik lagi kalau dibikin analogi dengan agama. 🙂
but, i’m not slankers
@ petak :
Nggak boleh, mas. 🙂 Nggak ada kata benci dalam sepakbola, yang ada hanyalah cinta.
I Love Football
@ edratna :
Itu bisa diibaratkan/dianalogikan, bu. Saya cuma menyentil kefanatikan orang-orang terhadap agama yang hampir sama dengan kafanatikan suporter bola.
@ Mr.El-Adani :
Eh, saya nggak benci MU & Chelsea. Itu lihat di catatan kaki bawah… 😉
@ ManSup :
Inggris memang TIDAK LAYAK masuk
surgaPiala Eropa 2008. 👿 Yang tidak becus adalah Inggris dan bukan yang lain…. 😆@ hanggadamai :
terimakasih…. 🙂
@ titoreds :
Mungkin ini survey yang sangat menarik, kalau pencinta Liverpool biasanya juga adalah pencinta Milan. Sama seperti beberapa teman saya yang pencinta Barcelona dan sekaligus pencinta MU.
Kalau ada, saya yang jadi Panglima Laskarnya, ya ?
@ dnial :
Hohohoho… tambah satu lagi penggemar Liverpool.
Ehm, menurut berita yang saya dengar, Denis Bergkamp itu nabinya agama sebelah. Nggak suka sama nabi agama sendiri ? 😉
@ Thamrin :
Hehehehe… makasih Mas Thamrin. Bukan cuma “gila”, malah sudah sampai tahap “menggilai”. 😆 Dan Astro memang sempat jadi penghambat semua kegilaan itu, tetapi akhirnya saya bisa berdamai dengan mereka. 😆
Kalau Jerman, saya malah biasa saja. Mereka memang jago tapi saya nggak tau apakah setelah ditinggal Klinsmann mereka masih punya karakter dibawah Loew. Kalau Spanyol, itu tidak usah dipertanyakan lagi. Dari dulu saya penggila Spanyol apalagi ada 4 pemain Liverpool disitu….
@ Ocha :
Yup, Liverpool pertama kali, lalu AC Milan, dan Persipura. Dulu sempat mau mendukung Persiss Sorong tapi prestasinya nggak naik-naik. 😐
Nabi baru ? Hehehehe… dia pemain Liverpool kok. 😉
@ fauzansigma :
Makasih mas….
@ mysparkling :
Tapi Portugal dan Jerman kalau lolos akan bertemu di semifinal. 😛 Undiannya memang aneh kali ini dan nggak seperti Piala Eropa 2004
@ catra :
Oke, tambah satu lagi Liverpudlian…
@ latree :
confession of a schizoliverpudlian 😆
@ Nazieb :
Hohohoho…. sebelum turun SKB 100 Menteri yang menyatakan nabi mana yang benar, maka hanya Zidane dan Maradona yang benar-benar Nabi Asli, sementara yang lain adalah Nabi Sesat. Dan agama yang benar adalah Liverpool.
*siap-siap perang*
@ Rindu :
Ada hubungan apa dengan Jerman, De ? 🙂
Lha, nabinya Liverpool favorit saya, Owen murtad ke Real, trus murtad lagi ke Newcastle.
Semoga Owen segera bertobat.
*berdoa*
salam kenal
pokoke MU poreper….. 😈
saya juga Liverpudlian mas ..
makanya ketika utusan-nya beraksi di swiss dan austria, saya dukung juga ..
ayo TORRES, ALONSO, ARBELOA, REINA : majukan spanyol ke final …
ayo KUYT, bantulah belanda ke final …
ayo GERRARD, ehm …… jangan banyak kerja yah !! istirahat aja dulu, ntar sakit lho kalo kurang istirahat !! 🙂
aq suka tuch MU palagi masih ada david beckham
Klu saya mah tetep M.U n Semen Padang heheheh:)
[…] nabi […]
aHa nih undang-undang a.k.a syahadat ala mas fertob 🙂
btw add me as a liverpudlian on the blogspehere dong…..