- tentang natal
- hanya sebuah “gugatan” 🙂
Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: ”Penindasan!” tetapi tidak Kautolong?
Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.
Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.
(Habakuk 1:2-4 Alkitab TB LAI, 1996)
Merayakan Natal tahun 2009 ini seperti merayakan Natal di tengah persoalan bangsa Indonesia yang tidak kunjung selesai. Berbagai persoalan menjadi ganjalan di tengah kemeriahan Natal. Kemeriahan yang seolah semu.
Dimulai dari ricuh Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden 2009 dan diakhiri dengan megakasus Bank Century. Apakah kita menjadi bangsa yang tak putus dirundung masalah?
Tema yang paling sering muncul dari sekian banyak kasus itu adalah masalah keadilan. Misalnya saja kasus Bibit-Chandra, Prita Mulyasari vs RS Omni, Mafia Hukum ala Anggodo, Bu Minah dan Kakao, dan masih banyak lagi. Rasa keadilan masyarakat serasa diperkosa dengan kasus-kasus itu.
PGI dan KWI mengeluarkan tema Natal 2009 yaitu “Tuhan itu baik bagi semua orang (Mazmur 145:9)“. Tema yang sesungguhnya mengatakan bahwa siapapun dia manusia, Tuhan selalu dan tetap selalu baik kepadanya. Suatu tema yang berangkat dari sifat Tuhan Yang Maha Baik. Satu sifat yang tak perlu dipertanyakan lagi.
Saya sendiri menganggap tema itu bersifat universal dan umum. Tetapi ada yang terlupakan dari tema itu : tema keadilan yang sering muncul dalam berbagai kasus di Indonesia.
Dengan banyaknya kasus di Indonesia yang menyuarakan keadilan, adalah suatu hal kurang pas kalau kita bicara kebaikan Tuhan. Yang paling pas, menurut saya, adalah kita bicara keadilan Tuhan. Karena Tuhan itu juga Maha Adil.
Gugatan atas kebaikan Tuhan seringkali berujung pada pertanyaan retoris : Apakah Tuhan juga baik pada para koruptor? Apakah Tuhan juga baik pada orang-orang yang bersikap tidak adil? Apakah Tuhan baik pada orang jahat?
Ya, pertanyaan yang retoris dan paradoks dengan sifat Tuhan.
Itulah juga yang membuat “gugatan” Nabi Habakuk dalam kutipan di atas terhadap Tuhan juga adalah gugatan kita semua. Gugatan yang bukan menandakan ketiadaan iman dan kepercayaan. Gugatan yang bukan mempertanyakan kemahakuasaan Tuhan, tetapi gugatan yang melihat begitu banyak ketidakadilan merajalela di bumi Indonesia. Gugatan para kaum tertindas yang berharap ada keadilan di bumi ini.
Akhirnya gugatan itu berujung pada keadilan Ilahi. Ketika keadilan tidak didapatkan di bumi, pada akhirnya orang berharap pada keadilan Ilahi; hanya Tuhan yang mendengar jeritan orang-orang yang ditindas ketidakadilan.
Dan akhirnya saya hanya mengucapkan Selamat Natal 2009 pada saudara-saudara yang merayakannya. Jangan lupakan kebaikan Tuhan, tetapi jangan juga lupakan keadilan Tuhan.
Sebab, Tuhan itu ADIL bagi semua orang.
“Brothers, you came from our own people. You are killing your own brothers. Any human order to kill must be subordinate to the law of God, which says, ‘Thou shalt not kill’. No soldier is obliged to obey an order contrary to the law of God. No one has to obey an immoral law. It is high time you obeyed your consciences rather than sinful orders. The church cannot remain silent before such an abomination. …In the name of God, in the name of this suffering people whose cry rises to heaven more loudly each day, I implore you, I beg you, I order you: stop the repression”
(Archbisop Oscar Romero, 1980)