- tentang sepakbola dan piala eropa 2008
- tentang nabi sepakbola
- dan tentang perancis
Semua orang sepakat kalau sepakbola adalah permainan tim. Sebanyak 22 orang bertarung di lapangan hijau dengan dipimpin oleh wasit dan asisten-asistennya. Ditambah racikan strategi pelatih dan ofisial dari pinggir lapangan, dan dukungan semangat dari penonton yang menyaksikannya.
Tapi sulit untuk memungkiri kalau dari 11 pemain dalam satu tim selalu ada 1 orang yang “membuat perbedaan” dalam tim tersebut. Seseorang yang menjadi jenderal lapangan, motivator, spirit permainan, kapten, dan memiliki skill yang aduhai.
Misalnya yang satu ini :
zinedine zidane
Zinedine Zidane memiliki segalanya untuk menjadi seorang “pembeda di lapangan hijau“. Memiliki skill sepak bola luar biasa, kemampuan memimpin, motivator ulung buat rekan-rekannya, bisa mengubah arah permainan, dan banyak yang lain. Zidane bisa dikatakan komplet untuk seorang pemain sepakbola yang diidolakan.
Zidane adalah roh permainan tim nasional Perancis. Selama hampir 1 dekade terakhir, jika kita menyebut tim Perancis maka ingatan kita akan langsung menuju ke Zidane. Perancis adalah Zidane, identifikasi yang sulit dibantah. Dan ketika dia mengundurkan diri usai Piala Dunia 2006 lalu, sosok Zidane masih dirindukan banyak penggemarnya.
Kelemahan terbesar Zidane ada pada temperamennya yang “sulit ditebak“. Selama 90 menit pertandingan kita bisa menyaksikan Zidane begitu tenang dan emosinya terjaga. Tetapi dengan satu “sentilan” kecil yang tepat [seperti yang diberikan Materazzi], Zidane dalam sekejap bisa berubah menjadi “tukang pukul” di tengah lapangan.
Bahkan seorang ‘hero”-pun punya kelemahan, jika itu yang menjadi pertanyaan anda. 😆
***************
Menyaksikan pertandingan Italia vs Perancis di Piala Eropa 2008 tadi malam, komentar yang sempat saya ucapkan adalah, “Perancis butuh Zidane“. Perancis seperti kehilangan roh permainan. Tak ada kreativitas sama sekali. Apalagi ketika Franck Ribery harus keluar lapangan akibat cedera, Perancis benar-benar tidak menunjukkan kelas sebagai mantan juara dunia.
Tim Perancis di Piala Eropa ini memang memiliki kombinasi pemain tua-muda yang cukup seimbang. Tetapi sayangnya, pemilihan pemain yang dilakukan oleh pelatih Raymond Domenech benar-benar berisi unsur subyektifitas. Domenech tidak memanggil 2 pemain yang paling bersinar di klubnya : Philippe Mexes dan David Trezeguet.
Domenech lebih memilih pemain-pemain yang “tidak pernah bermasalah dengan dirinya” sambil melupakan fakta kemampuan pemain tersebut. Domenech lebih memilih pemain seperti Boumsong dan Thuram yang lebih banyak jadi cadangan di klubnya. Juga lebih suka memilih Anelka yang jadi cadangan abadi dan tidak pernah mencetak gol di Chelsea serta Gomis yang belum teruji kemampuannya.
Jadi, tidak terlalu salah kalau seorang Ribery juga mengakui kalau mereka butuh pembeda di lapangan. “We Miss Zizou“, demikian kata Ribery [disini].
***************
Ada yang salah dengan sebuah tim kalau masih terbayang-bayang dan terkungkung dalam kejayaan masa lalu. Sebuah tim tidak pernah menjadi dewasa kalau masih mengharapkan seorang dewa penyelamat seperti Zidane. Perancis mengalami sindrom itu di Piala Eropa 2008 ini : Sindrom Zidane.
Ribery pernah dianggap sebagai penerus Zidane tapi seperti katanya sendiri, dia tidak bisa menjadi seorang Zidane bagi seluruh Perancis. Mungkin banyak yang mengatakan mereka tidak jauh berbeda dalam hal skill sepakbola. Tetapi sepakbola bukan soal teknik dan taktik semata, ada kondisi-kondisi lain yang membuat sebuah tim menjadi tangguh. Dan itu yang dimiliki Zidane dan tidak dipunyai anggota timnas Perancis sekarang.
Dan kalau benar apa yang tertulis di Goal.com itu, maka sungguh menyedihkan nasih timnas Perancis. Mereka hidup dibawah bayang-bayang kebesaran seorang maestro. Dan saya tidak heran kalau mereka akhirnya tersingkir lebih awal di putaran grup Piala Eropa 2008 tanpa meraih satupun kemenangan dan hanya mencetak 1 gol.
Sampai kapan ? 😐
ps :
i’m sorry my friend. your team was out 😆
Itu pak Domenech kok belum diganti-ganti juga, ya? 😆
Om Zainuddin
MZZidane memang ahlipoligamisepakbola…Hmm.. ya, mungkin hanya Zidane pemain Perancis yang sukai selain Barthez..
Soalnya yang lainnya main di klub rivalnya MU, agama saya.. Tapi ya Zidane itu saja yang mampu membuat saya memberi pengecualian..
*sok penting
Sayang bagi Prancis, untung buat Italia….
Pas nonton Pertandingan, rasanya dari pertengahan babak pertama dah ada firasat Prancis mau kalah,,, he he ternyata benar..
*pake baju italia*
Yg penting italia menang…
@Nazieb
Zainudin Zaidan tuh yang bener 😆
@bang Fertob
*kibarin bendera italia*
kalau ditanya sampai kapan, mungkin nanti kalau ada pemain baru yang bakatnya melebih Zidane tapi kapannya, meneketehe 😆
Ada yang bersedih,..tentunya ada yang bergembira dengan kekalahan perancis,…termasuk saya yang bergembira,…Bravo Italy
Slam kenal Bang 🙂
sayangnya peran sentral ribery ti dimnas perancis sekarang jadi terlalu sentral sih, jadi mulai tandilng langsung di matiin aja tuh ama lawan-lawannya…
*ikut kecewa juga prancis ga lolos… hiks..
hm.. salam kenal 😀
i mizz………. *ogah ama zidan ah*
😆
Hidup Zidane,… HIDUP PERSIB
jadi inget mr. bartez…. i still love barito putra…
Zidane memang pemain terbaik yang dimiliki perancis, sampai saat ini perancis belum bisa menunjukkan permainan seperti ketika ada zidane dalam tim. Zidane bie memimpin rekan-rekannya untuk tampil 200% dari kemampuab sebenarnya sehingga perancis tampil luar biasa.
Forza Italy…
*bakar poster ribery*
**nyium poster pirlo**
Tapi saya jg jadi benci mat terasi krn buat zizou menutup karir dgn cara seperti itu..
I miss… zizou?? nggak lah.. saya gak suka Perancis sejak mereka ketemu Brazil tahun 98.
Saya lebih kangen liat Nesta duet ama Cannavaro di barisan belakang italy.
mungkin kudu nunggu the next zizou spt samir nasri ato yoann gourcuff? 😀
Iyah,
tanpa Zidane, Perancis jadi kehilangan nyawa 🙂
We miss you!
jdi inget prancis zaman2 platini dlu yg ad ‘fantastic four’
Ya.. ya… Prancis kalah. Nomor 9 masih jadi angka sial sejak terakhir kali Djorkaeff mencetak gol di EURO 96 dengan nomor punggung tersebut.
Tapi memang, melihat permainan mereka sejak kualifikasi, tim ini sepertinya lebih baik tidak berbicara banyak di ajang se-terhormat EURO.
Saya tidak kecewa karena mereka tersingkir, tapi lebih karena melihat permainan mereka yang betul-betul tidak berkembang, lack of passion and spirit. Faktor kelelahan setelah bermain di klub (asing) sepertinya juga sangat berperan, selain juga kurangnya kekompakan akibat mereka yang biasanya jadi “bintang” di klub masing-masing sekarang harus jadi rekan yang mestinya bekerja sama.
Dan bicara Zidane? Oh, c’mon, grow up man! Ngapain harus bergantung pada pemain yang sudah nyata-nyata pensiun? Kalau begini terus, kapan Prancis bisa bangkit dari keterpurukan?
*Miris ngeliat link terakhir*
Saya juga suka Zidane, bahkan tetanggaku anaknya dinamakan Zidane…
Kalau dari sisi psikologi…benarkah orang yang tenang, kalm, kalau marah atau tersinggung justru menakutkan?
Dari pengalamanku, saya lebih mudah bergaul dengan bos yang temperamen keras, mudah marah tapi mudah tenang. Bos pendiam lebih sulit, apalagi sebagai orang Jawa Timur, saya kurang bisa membaca gesture…sehingga tak bisa menterjemahkan hanya dari melihat gesture bos.
saya juga kangen banget sama zizou
nabi saya itu😥
kangen sama tandukan buwat materazzi di laga terakhirnya…
Zizou…sang nyawa bagi le blues… memang telah tiada…dan perancis kini tak berdaya…
ah… apa daya…
semoga jerman masih berjaya…
dengan atau tanpa Oliver Kahn bersamanya…
😀
memang banyak orang yang hidup di masa lalu, mengenang ‘sosok’ yang gak lagi ada.
tidak ada yang salah dengan mengenang, tapi bagaimana dengan menolak berjalannya waktu, bisakah?
kenyataannya manusia datang dan pergi, bahkan manusia hebat atau ‘terhebat’ sekalipun.
jadi ingat sama john mcain (die hard) ‘kita jadi pahlawan karena gak ada lagi yang mau’
[…] Bang? […]
dulu sy ngga suka sepakbola, smp ada yg bilang, kl mo suka, jgn perhatiin muka pemainnya (skg sy tau knp para wanita lebih memilih tim ITALI) tapi KAKINYA.
So, di satu cafe saat piala eropa 98 sy nonton kaki-kaki bermain bola, dan mata sy menangkap keindahan kaki seorang maestro, sy tanya suami sy, siapa tuhhhh, itu yang botak, iya yang lg hold bola, ternyata Zidane. Dari situ sy mengidolakan dia, meski saat itu tak tahu kl dia adalah idola jg bagi sejuta umat.. hehehe… Smp sekarang, sy msh takjub membayangkan kakinya bisa menggiring bola begitu indah, saat menontonnya, bagai terSIHIR rasanya
[…] We Miss You, Zizou..!! […]