Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘Philosophy’ Category

Luis Alberto Suarez bukanlah pemain yang “kotor”. Selama musim pertama karir sepakbolanya di Ajax Amsterdam, dia pernah mendapatkan kritikan tajam karena mendapatkan 9 kartu kuning dalam satu musim (2008/2009). Musim 2009/2010 dia “hanya” mendapatkan 5 kartu kuning semusim. Tetap saja jumlah yang cukup banyak untuk ukuran seorang striker. Yang paling diingat orang adalah rekor golnya di Ajax untuk musim 2009/2010 dengan 35 gol (49 gol untuk semua kompetisi).

Selama karirnya di timnas Uruguay dan di Ajax Amsterdam, Suarez tidak sekalipun pernah mendapat kartu merah, sampai dengan partai quarter-final PD 2010 Afsel lalu antara Ghana vs Uruguay. “Penyelamatan Gemilang” yang dilakukannya pada menit ke-120 masa extra time babak perempat final PD 2010 antara Ghana vs Uruguay membuat nama Luis Suarez melambung. Bukan karena torehan 3 golnya selama kompetisi tetapi karena “tindakan tidak sportif” itulah yang membuat Ghana secara tidak langsung pulang kampung dan Uruguay melenggang ke semifinal.

Hujatan dan makian pun mendarat padanya. Suarez dianggap melecehkan nilai-nilai sportivitas dalam sepakbola. Seandainya (ini pengandaian saja) dia tidak menggunakan tangannya untuk menghalau bola yang mengarah ke gawang, maka Ghana yang akan melaju ke semi final PD 2010. Bukan Uruguay.

Tapi itu adalah pengandaian. Saya melihatnya dari sudut yang lain.

Bagi saya, apa yang dilakukan oleh Suarez adalah bagian dari sepakbola. Anda boleh setuju boleh tidak. Sepakbola bukan hanya proses tetapi juga hasil. Orang yang hanya melihat proses dalam sepakbola mengabaikan kenyataan bahwa hasil adalah tujuan dari sepakbola, sebaliknya orang yang terlalu menekankan hasil mengabaikan bahwa sepakbola adalah sebuah tampilan yang harus dinikmati.

Kenyataannya, Yunani tetap dikenang sebagai juara Euro 2004 dengan permainan “ultra-defensif”-nya, dan Belanda tetap dikenang dengan permainan “super-atraktif”-nya di PD 1974 dan 1978. Naif sekali kalau mengabaikan itu.

Benar kata Oscar Tabarez, pelatih timnas Uruguay, bahwa Suarez telah mendapatkan hukumannya [red card] dari perbuatan tidak sportifnya pada pertandingan itu. Sama seperti Zidane telah mendapatkan hukumannya ketika menanduk dada Marco Materazi di PD 2006. Sama seperti Maradona mendapatkan hukumannya karena menendang perut Serginho di PD 1982. Dan sama dengan semua kartu merah dan tambahan larangan bermain bagi semua pemain yang bertindak tidak sportif di lapangan hijau.

Tetapi, lanjut Tabarez, jangan salahkan Suarez atas kegagalan Asamoah Gyan menendang pinalti. Dan terlebih lagi jangan salahkan Suarez karena Ghana tersingkir dalam drama adu pinalti. Suarez telah dikeluarkan, dan bukan dia yang menjadi penyebab mengapa pemain-pemain Ghana gagal mengeksekusi pinalti. Menganggap bahwa dia bersalah atas suatu kejadian di luar keterlibatannya adalah sama saja dengan mencari kambing hitam.

Sederhananya begini :

  1. Suarez melakukan tindakan tidak sportif,
  2. dia diberi hukuman kartu merah dan harus keluar lapangan,
  3. Ghana mendapat pinalti,
  4. Asamoah Gyan gagal mengeksekusi pinalti,
  5. Pertandingan dilanjutkan dengan adu pinalti,
  6. Ghana kalah dalam adu pinalti.

Pertanyaannya : Apakah Luis Alberto Suarez bersalah atas semua kejadian dari 1 sampai 6 ??? ๐Ÿ˜†

==========================

Banyak yang mengatakan bahwa itu adalah ketidakadilan. Tapi kita bicara soal sepakbola dan bukan tentang keadilan di ruang pengadilan. Sepakbola punya aturan (FIFA Laws of the Game) dan aturan itu, sepengetahuan saya, ditegakkan dalam semua pertandingan pada Piala Dunia 2010 Afsel ini. Kita juga tidak bicara tentang keadilan Tuhan dalam sepakbola [atau karma dan lain sebagainya]. ๐Ÿ™‚

Apakah keadilan [dalam arti yang luas] ada dalam sepakbola? Saya tidak tahu. Sepakbola punya keadilannya sendiri. Keadilan itu getir bagi sebagian orang tetapi manis bagi yang lain. Keadilan itu seperti berada di persimpangan antara kecakapan bermain, aturan yang berlaku, dan keberuntungan yang tidak kita mengerti.

Bagi saya, sepakbola adalah permainan yang indah. Kita tentunya menikmati sebuah keindahan. Jadi, nikmati saja, kalau perlu dengan sebotol Heineken dan sepiring kacang goreng. ๐Ÿ™‚

Selamat menikmati Final PD 2010. Siapa jagoan anda?

Read Full Post »

  • tulisan yang memusingkan

Belakangan ini, nafsu saya untuk menulis benar-benar berada pada titik terendah. Entah kenapa. Tulisan-tulisan yang dihasilkan juga tak lebih dari uneg-uneg belaka, dan tanpa kemampuan mengeksplorasi lebih jauh.

Saya jadi teringat “motivasi” yang diberikan seorang teman dahulu kala :

(lebih…)

Read Full Post »

PERHATIAN

  • pertama, tulisan ini cukup berat dan tidak bisa dibaca sambil lalu, apalagi dijadikan dongeng sebelum tidur
  • kedua, memuat argumen-argumen logika yang mempertanyakan keberadaan Allah.
  • ketiga, tulisan ini hanyalah sebuah selingan saja :mrgreen:
  • keempat, silakan dinilai dan diberikan komentar
  • kelima, saya sudah memperingatkan anda

Perdebatan tentang masalah ini, terus terang, terkadang membuat saya merasa โ€œanehโ€. Ya, aneh karena berjalan dengan situasi yang seringkali โ€œpanasโ€ dan โ€œtak tentu arahโ€. Argumen-argumen yang diberikan juga terkadang tidak berlogika dan asal-asalan. Pertanyaan ini seringkali ditanggapi dengan sikap emosional dan bukannya berpikir terlebih dahulu, apalagi kalau sudah menyinggung agama tertentu.

Lihatlah contoh di tulisan saya sebelumnya yang berjudul โ€œAtheisme Yang [Tidak] Bertuhanโ€. Anda bisa terjebak di lautan argumen tanpa tahu dimana jalan keluarnya [seandainya memang ada jalan keluarnya] ๐Ÿ˜†

Saya sendiri termasuk golongan teis. Dengan kata lain, saya percaya kepada Allah. Tetapi problem โ€œpercaya kepada Allahโ€ bukanlah awal dan akhir dari kepercayaan tersebut. Secara logika, โ€œpercaya kepada Allahโ€ adalah langkah berikutnya setelah โ€œpercaya bahwa Allah adaโ€. Setiap teis harus membangun kepercayaannya dari awal yaitu โ€œpercaya bahwa Allah adaโ€ lalu kemudian menjadi โ€œpercaya kepada Allahโ€.

Tetapi โ€œpercaya bahwa Allah adaโ€ bukan hanya masalah kepercayaan dan keimanan saja, tetapi juga konteks epistemologis atau โ€œmengetahuiโ€. Orang yang percaya bahwa Allah ada haruslah mengetahui dengan pasti bahwa apa yang dipercayainya itu benar-benar eksis, bukan ilusi atau imajinasi belaka.

Dari sudut pandang filsafat epistemologis [dan juga logika], kalimat โ€œmengetahui dengan pasti bahwa Allah adaโ€ bisa berimbas pada pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih rumit lagi, misalnya : โ€œapakah mengetahui itu?โ€, โ€œdapatkah kita mengetahui?โ€, โ€œbagaimanakah kita mengetahui?โ€, โ€œmungkinkah kepastian itu?โ€ dan โ€œapakah Allah itu?โ€

Untuk mengetahui bahwa Allah ada, terdapat seperangkat alat-alat yang bisa digunakan sebagai pembuktian/verifikasi. Bisa melalui penalaran logika dengan mengikuti prinsip-prinsip logika, bisa dengan pengalaman empiris, bisa juga melalui penyataan khusus [kitab suci], atau cara-cara yang lain. Setiap cara tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Saya sekedar ingin membahas pertanyaan โ€œApakah Allah Adaโ€ dari sudut pandang logika. Ini adalah contoh dari beberapa penalaran yang sering dipakai dari jaman โ€œkuda gigit besiโ€ untuk menjawab pertanyaan di atas. Kesimpulan yang dihasilkan biasanya selalu dikotomikal : Ada dan Tidak Ada. Ditambah dengan golongan agnostik yang โ€œtidak [dapat] mengetahuiโ€. Dan ditambah lagi dari golongan skeptis yang โ€œmenangguhkan penilaian tentang keberadaan Allahโ€. Dan masih ditambah lagi dengan kesimpulan lain yang kurang terkenal.

Tapi kali ini saya hanya akan membahas dari 2 kesimpulan dikotomis : Allah Ada dan Allah Tidak Ada.

Mari kita mulaiโ€ฆ.

(lebih…)

Read Full Post »

  • lanjutan dari sini
  • ini cukup panjang dan melelahkan
  • maaf kalau sedikit berantakan karena editnya terburu-buru
  • selamat menikmati ๐Ÿ˜†

(lebih…)

Read Full Post »

  • sebuah tulisan lama berseri dan tak beraturan
  • sebagai pembayar hutang bagi yang merasa dihutangi ๐Ÿ˜†
  • panjang dan membosankan
  • tentang sains dan agama
  • semoga anda betah membacanya

Tulisan ini intinya adalah sebuah komentar atas sebuah buku. Tidak ada yang istimewa. Yang menjadi istimewa adalah karena buku tersebut adalah sebuah buku yang mencoba membahas Sains dan Agama dari sudut pandang apologetika dan polemik khususnya apologetika Kristen. Bukan maksud saya untuk mengungkap kejelekan agama sendiri tetapi anggaplah ini sebagai sebuah apologetika atas apologetika. ๐Ÿ™‚

(lebih…)

Read Full Post »

Older Posts »